Imam Shamsi Ali: Resolusi Kongres AS tentang Kritik Israel Menyesatkan

Hari Widowati
6 Mei 2024, 07:07
Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation sekaligus imam Islamic Cultural Center New York, Amerika Serikat, menilai resolusi yang dikeluarkan Kongres Amerika Serikat (AS) mengenai sikap kritis terhadap Israel sebagai bentuk kritik terhadap agama Yahudi a
Istimewa
Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation sekaligus imam Islamic Cultural Center New York, Amerika Serikat, menilai resolusi yang dikeluarkan Kongres Amerika Serikat (AS) mengenai sikap kritis terhadap Israel sebagai bentuk kritik terhadap agama Yahudi adalah sebuah upaya yang menyesatkan.
Button AI Summarize

Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation sekaligus imam Islamic Cultural Center New York, Amerika Serikat (AS), menilai resolusi yang dikeluarkan Kongres AS mengenai sikap kritis terhadap Israel sebagai bentuk kritik terhadap agama Yahudi adalah sebuah upaya yang menyesatkan. Hal ini mencerminkan wajah politik AS yang sebenarnya ketika menyangkut isu Israel di mana negara tersebut ditempatkan lebih tinggi dan terhormat dibanding Amerika sendiri

“Anda boleh mengkritik pemerintahan Amerika dan akan diberi tepuk tangan karena telah menyampaikan kebebasan berpendapat dan berekspresi, namun jangan pernah melakukan hal tersebut terhadap pemerintah Israel,” kata Shamsi Ali, di New York, AS, Jumat (3/5).

Pendiri Pesantren Nusantara Madani di Moodus, AS tersebut mengatakan Kongres AS menilai kritik atau ketidaksukaan terhadap Yahudi sebagai Anti-Semitisme. Resolusi ini mengaburkan makna antara Israel dan pemerintahannya dengan kebencian terhadap masyarakat Yahudi. Padahal, keduanya adalah dua entitas yang berbeda.

“Resolusi tersebut ingin menegaskan bahwa kritik terhadap negara Israel merupakan bentuk kebencian terhadap penganut agama Yahudi,” kata Shamsi Ali.

Sebagai warga negara Amerika, pengaburan makna antara Israel dan Yahudi seperti tertera dalam resolusi tersebut tidak dapat diterima berdasarkan dua alasan mendasar. “Pertama, Amerika sering diklaim sebagai negara besar dan bisa dibilang negara paling kuat di dunia. Namun, mengapa para politisi Amerika menempatkan Israel lebih tinggi dan lebih terhormat daripada Amerika sendiri?" ujarnya.

Menurutnya, menempatkan negara lain di atas negarasendiri adalah suatu tindakan merugikan dan tidak menghormati Amerika.

Kedua, negara atau bangsa mana pun, meskipun negara tersebut mengklaim secara resmi menganut agama tertentu sebagai agama resminya, tidak dapat dianggap mewakili agama tersebut secara keseluruhan.

“Israel meski mengaku sebagai negara Yahudi tidak bisa dilihat sebagai representasi agama Yahudi atau Yudaisme. Menjadikan Israel sebagai representasi suatu agama adalah penistaan terhadap agama tersebut," tuturnya.

Saat ini Israel melakukan penindasan dan pembunuhan massal terhadap warga Palestina. "Bagaimana mungkin dengan segala perbuatan jahat ini bisa disamakan dengan agama atau keyakinan?” kata Shamsi.

Oleh karena itu, resolusi Kongres AS yang menyamakan kritik terhadap Israel dengan kritik terhadap Yudaisme tidak dapat diterima. “Agama dan negara adalah dua entitas yang berbeda. Negara adalah entitas buatan manusia. Sedangkan agama diyakini sebagai entitas yang diilhami ketuhanan,” ujarnya.

Demonstrasi yang terjadi di kampus-kampus AS akhir-akhir ini bukanlah demonstrasi anti agama (Yahudi dan Yudaisme). Faktanya, banyak dari mahasiswa dan dosen tersebut juga merupakan orang Yahudi dan mereka patut diapresiasi karena menjunjung tinggi demokrasi dan kebebasan.

Mereka juga secara konsisten menjunjung tinggi nilai-nilai Amerika yang menghormati hak semua orang untuk hidup adil, bebas dan bermartabat. “Lalu mengapa dianggap sebagai gerakan anti Yahudi? Karena itu, resolusi Kongres yang menyamakan kritik terhadap Israel dengan kritik terhadap Yudaisme tidak dapat diterima,” kata Shamsi Ali.

Akhir tahun lalu Kongres Amerika Serikat meloloskan resolusi yang menyamakan anti-Zionisme dengan anti-Semitisme dengan hasil suara 311 dibanding 14. Dalam resolusi itu, Kongres menyebut para aktivis yang menggelar aksi pawai mendukung Palestina dan menuntut gencatan senjata sebagai “perusuh”. Mereka dianggap melontarkan bahasa yang penuh kebencian dan keji yang memperkuat tema-tema Anti Semitisme.

Berdasarkan data yang dirilis Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP), di hari ke-200 perang Gaza melawan Israel, setidaknya lebih dari 34.183 orang telah terbunuh oleh tentara Israel. Sebanyak 77.143 luka-luka, termasuk di antaranya 485 tenaga medis, 140 jurnalis, 66 lebih pemadam kebakaran dan lebih dari 7.000 orang hilang.

Agresi Israel ke wilayah Gaza di hari ke-200 ini juga telah menjatuhkan lebih dari 75.000 ton bom yang menargetkan 380.000 rumah, 206 situs sejarah, 550 masjid, tiga gereja dan 32 rumah sakit. Agresi itu menghancurkan lebih dari 178 kantor pemerintahan, 412 sekolah dan universitas, 126 ambulans serta 159 lembaga kesehatan.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...