Joe Biden Izinkan Ukraina Serang Rusia Pakai Senjata Amerika Serikat

Syahrizal Sidik
2 Juni 2024, 20:28
Joe Biden Izinkan Ukraina Serang Rusia Pakai Senjata Amerika Serikat
ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra/nym.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden
Button AI Summarize

Presiden Joe Biden memberi izin kepada Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia di daerah Kharkiv dengan senjata yang dipasok dari Amerika Serikat. 

Analis veteran Kementerian Pertahanan AS, Karen Kwiatkowski berpendapat, pemberian izin kepada rezim Kiev Volodymyr Zelenskyy menembakkan senjata ke sasaran di Rusia mencerminkan ketakutan Biden dan para pejabat tinggi bahwa Ukraina akan benar-benar runtuh sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat pada tanggal 5 November mendatang.

Karena itulah, Biden sangat ingin mempertahankan Ukraina setidaknya sampai saat pemilihan tiba dengan cara apa pun, bahkan dengan risiko memicu konfrontasi termonuklir dengan Rusia.

“Kekacauan, disorganisasi, dan frustrasi politik ini terlihat jelas dan semakin meningkat ketika koalisi negara-negara Barat yang lemah secara militer dan ekonomi berada di ambang perang proksi melawan kekuatan nuklir,” ucap Karen, Minggu (2/6) sebagaimana laporan Sputnik. 

Namun, perubahan kebijakan yang dilaporkan Biden itu dinilainya sangat berbahaya tidak hanya bagi negaranya sendiri tetapi juga bagi seluruh dunia.

“Pergeseran dalam kebijakan Biden mengenai penggunaan senjata AS oleh Ukraina di Rusia, di sekitar Kharkov untuk saat ini bersifat eskalasi. Hal ini akan melibatkan militer Rusia juga, untuk segera mengakhiri perang ini melalui kekerasan, bukan negosiasi,” tuturnya.

Biden memperkirakan Ukraina akan memberinya kemenangan perang dalam waktu kurang dari setahun ketika konflik saat ini pecah pada Februari 2022 yang didukung oleh dukungan militer AS yang besar terhadap Zelenskyy di Kiev.

Presiden AS itu juga mendesak untuk mengabaikan upaya Rusia untuk mencapai penyelesaian melalui negosiasi secara damai.

Lebih lanjut, Kwiatkowski menuturkan bahwa Biden sedang frustrasi karena apa yang seharusnya menjadi demonstrasi kekuatan dan penilaian bagi partainya, malah membuat dia dan partainya tidak populer.

“Selain itu, inflasi yang tinggi dan perekonomian yang stagnan serta kekalahan dalam perang cenderung berakibat fatal secara politik bagi seorang presiden AS yang menjalankan kepemimpinannya,” ujar Kwatlowski.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...