Israel Terima Proposal Gencatan Senjata Gaza Rancangan Biden
Israel menerima proposal yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden untuk meredakan perang Gaza di Palestina. Namun, menilai perjanjian yang diajukan masih cacat dan membutuhkan lebih banyak upaya.
Dalam sebuah wawancara dengan Sunday Times Inggris, Kepala Penasihat Kebijakan Luar Negeri Perdana Menteri Israel, Ophir Falk mengatakan usulan Biden adalah bukan kesepakatan yang bagus tapi mereka sepakati. "Ini bukan kesepakatan yang bagus tetapi kami sangat ingin para sandera dibebaskan, semuanya," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters, Senin (3/6).
Ia menjelaskan, ada banyak rincian yang harus diselesaikan, antara lain kondisi Israel yang menginginkan pembebasan sandera dan penghancuran Hamas.
Biden awalnya mendukung serangan Israel kini berganti mengecam negara tersebut atas tingginya angka kematian warga sipil Palestia dalam operasi tersebut. Pada Jumat (1/6), ia sempat mengumumkan gambaran rencana tiga fase yang diajukan oleh pemerintah Netanyahu untuk mengakhiri perang.
Tahap pertama mencakup gencatan senjata dan kembalinya beberapa sandera yang ditahan oleh Hamas. "Setelah itu kedua belah pihak akan melakukan negosiasi mengenai penghentian permusuhan tanpa batas untuk tahap kedua di mana sisa tawanan yang masih hidup akan dibebaskan," kata Biden
Urutan tindakan tersebut nampaknya menyiratkan bahwa Hamas akan terus memainkan peran dalam pengaturan tambahan yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar. Ini dapat menjadi potensi bentrokan dengan tekad Israel untuk melanjutkan kampanye untuk melenyapkan kelompok Islam yang didukung Iran.
Biden telah menawarkan beberapa proposal gencatan senjata selama beberapa bulan terakhir, yang masing-masing memiliki kerangka kerja serupa dengan yang ia uraikan pada hari Jumat tetapi semuanya berakhir gagal. Pada Februar i,ia mengatakan Israel telah setuju untuk menghentikan pertempuran pada bulan Ramadhan, bulan suci umat Islam yang dimulai pada tanggal 10 Maret. Namun, gencatan senjata seperti itu tidak terwujud.
Poin utama yang menjadi kendala adalah desakan Israel bahwa mereka hanya akan membahas penghentian sementara pertempuran sampai Hamas dihancurkan. Hamas, yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur, mengatakan pihaknya akan membebaskan sandera hanya jika perang bisa diakhiri secara permanen.
Dalam pidatonya, Biden mengatakan usulan terbarunya menciptakan ‘ari setelahnya yang lebih baik di Gaza tanpa Hamas berkuasa. Ia tidak memerinci bagaimana hal ini dapat dicapai, dan mengakui bahwa ada sejumlah rincian yang perlu dinegosiasikan untuk berpindah dari fase satu ke fase dua.
Falk menegaskan kembali posisi Netanyahu yang menegaskan tidak akan ada gencatan senjata permanen sampai semua tujuan mereka tercapai
Netanyahu berada di bawah tekanan untuk mempertahankan pemerintahan koalisinya tetap utuh. Dua mitra sayap kanan mengancam akan melakukan protes terhadap kesepakatan apa pun yang mereka anggap tidak menguntungkan Hamas. Mitranya yang berhaluan tengah, mantan jenderal Benny Gantz, ingin kesepakatan itu dipertimbangkan.
Hamas untuk sementara menyambut baik inisiatif Biden. Namun, seorang pejabat senior dari kelompok tersebut.Sami Abu Zuhri mengatakan bahwa Hamas terlalu besar untuk dilewati atau dikesampingkan oleh Netanyahu atau Biden
Sehari sebelumnya, pejabat Hamas lainnya, Osama Hamdan, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pidato Biden mengandung ide-ide positif. "Namun kami ingin hal ini terwujud dalam kerangka perjanjian komprehensif yang memenuhi tuntutan kami.
Hamas menginginkan jaminan diakhirinya serangan di Gaza, penarikan semua pasukan penyerang, pergerakan bebas bagi warga Palestina, dan bantuan rekonstruksi.
Para pejabat Israel menolak kembali ke situasi seperti sebelum 7 Oktober, ketika Hamas yang berkomitmen untuk menghancurkan Israel menguasai Gaza. Israel menyebut, para pejuang Hamas memicu perang dengan menyerbu pagar perbatasan ke Israel dan menewaskan 1.200 orang.
Sementara itu, para pejabat medis di Gaza menyebut, serangan Israel yang menghancurkan sebagian besar wilayah pesisir telah membunuh lebih dari 36.000 warga Palestina.