Antisipasi Eskalasi Konflik di Timur Tengah, AS Tambah Kekuatan Tempur
Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana memindahkan beberapa skuadron jet tempur ke Timur Tengah dan mempertahankan keberadaan kapal induk di wilayah tersebut, untuk meningkatkan kehadiran militernya.
Langkah ini dilakukan guna membantu Israel dari kemungkinan serangan oleh Iran dan proksinya, serta menjaga pasukan AS di wilayah tersebut, pasca terbunuhnya pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Mengutip Times of Israel, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga telah memerintahkan mengirim tambahan kapal penjelajah dan kapal perusak yang mampu menahan rudal balistik ke wilayah Eropa dan Timur Tengah. AS juga akan mengambil langkah-langkah untuk mengirim lebih banyak senjata pertahanan rudal balistik berbasis darat.
Ia memerintahkan kelompok penyerang kapal induk USS Abraham Lincoln ke Timur Tengah untuk menggantikan kelompok penyerang kapal induk USS Theodore Roosevelt, yang berada di Teluk Oman. Hal ini menunjukkan Pentagon telah memutuskan untuk mempertahankan kapal induk secara konsisten di wilayah tersebut sebagai pencegah terhadap Iran setidaknya sampai tahun depan.
Meski demikian, Pentagon tidak mengeluarkan pernyataan resmi terkait dari mana skuadron jet tempur yang akan dikirim atau di mana akan ditempatkan di Timur Tengah.
Peningkatan kekuatan tempur di Timur Tengah ini sesuai dengan janji Presiden AS Joe Biden kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Dalam panggilan telepon pada Kamis (1/8), Biden membahas pengerahan militer AS yang baru untuk melindungi dari kemungkinan serangan rudal balistik dan pesawat nirawak.
Menurut Gedung Putih, pada April lalu pasukan AS mencegat puluhan rudal dan pesawat nirawak yang ditembakkan oleh Iran terhadap Israel dan membantu menjatuhkan hampir semuanya.
AS khawatir tentang meningkatnya kekerasan di Timur Tengah sebagai tanggapan atas serangan baru-baru ini terhadap para pemimpin Hamas dan Hizbullah, yang memicu ancaman pembalasan.
Iran juga mengancam akan menanggapi setelah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di Teheran pada Rabu (31/7), sehari setelah komandan senior Hizbullah Fuad Shukr terbunuh di Beirut.
Israel telah mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan Shukr, tetapi belum mengomentari secara resmi tentang Haniyeh. Meski demikian, Iran dan sekutunya menyebut Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Hal ini didasarkan pada pernyataan beberapa petinggi militer Israel, yang berjanji membunuh para pemimpin Hamas atas serangan kelompok militan tersebut pada 7 Oktober 2023 lalu, yang memicu perang di Gaza.
Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, mengatakan bahwa Joe Biden telah menegaskan kembali komitmennya terhadap keamanan Israel terhadap semua ancaman dari Iran. Ini termasuk dari kelompok proksinya di Timur Tengah, seperti Hamas, Hizbullah, dan Houthi.