Israel dan Lebanon Sepakat Gencatan Senjata, Dua Negara Setop Perang
Gencatan senjata antara Israel dan Lebanon berlaku mulai Rabu (27/11) pukul 04.00 Waktu setempat atau 07.00 WIB. Gencatan senjata ini mendapat dukungan Iran dengan pihak penengah dari Amerika Serikat dan Prancis.
Perjanjian ini membuka jalan untuk mengakhiri konflik di perbatasan Israel-Lebanon yang telah menewaskan ribuan orang sejak dipicu oleh perang Gaza tahun lalu.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang mengumumkan gencatan senjata antara Lebanon dan Israel. Israel dan Hizbullah menyepakati gencatan senjata pada Selasa (26/11) malam.
Biden mengatakan telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati, dan pertempuran akan berakhir pada pukul 04.00 pagi waktu setempat.
Perdana Menteri interim Lebanon, Najib Mikati, menyambut baik kesepakatan gencatan senjata tersebut.
Mikati mendesak Israel untuk sepenuhnya mematuhi ketentuan perjanjian tersebut dan menarik diri dari seluruh wilayah Lebanon yang masih diduduki.
Dia menyampaikan terima kasih kepada Biden atas dukungan AS kepada Lebanon serta upaya utusan khusus AS, Amos Hochstein, dalam memediasi perjanjian gencatan senjata tersebut.
“Kami menyambut baik keputusan untuk menghentikan pertempuran di Lebanon dengan bantuan Amerika Serikat dan Prancis dalam menyusun kesepakatan gencatan senjata,” kata Mikati dikutip dari laporan Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA).
Dia mengatakan kesepakatan ini merupakan tonggak penting untuk mengembalikan perdamaian dan stabilitas di Lebanon serta memfasilitasi kembalinya warga yang mengungsi ke rumah dan kota mereka.
Mikati menegaskan komitmen pemerintahnya untuk melaksanakan Resolusi 1701 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Resolusi tersebut menyerukan penguatan kehadiran Angkatan Bersenjata Lebanon di wilayah selatan serta kerja sama dengan Pasukan Interim PBB di Lebanon (UNIFIL).
Ia juga menyerukan kepada “semua negara dan lembaga internasional untuk mengambil tanggung jawab dalam mendukung upaya ini.”
Selain itu, Mikati meminta Israel untuk “sepenuhnya mematuhi kesepakatan gencatan senjata dan menarik diri dari semua wilayah yang diduduki di Lebanon sesuai dengan Resolusi 1701.”
Resolusi 1701, yang diadopsi pada 11 Agustus 2006, berisi seruan kepada Israel dan Hizbullah agar secara total menghentikan peperangan.
Resolusi tersebut juga menyerukan pembentukan zona bebas senjata antara Garis Biru dan Sungai Litani di Lebanon selatan, kecuali untuk tentara Lebanon dan UNIFIL.
Hizbullah hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kesepakatan tersebut.
Sebelumnya, kabinet keamanan Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Lebanon.
“Kabinet Keamanan malam ini, dengan suara 10-1, menyetujui usulan Amerika Serikat tentang pengaturan gencatan senjata di Lebanon,” kata kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
“Israel menghargai kontribusi Amerika Serikat dalam proses ini dan tetap mempertahankan haknya untuk bertindak melawan setiap ancaman terhadap keamanannya,” bunyi pernyataan tersebut.
Israel telah meningkatkan serangan udara di Lebanon dengan dalih menargetkan Hizbullah, sebagai bagian dari konflik yang berkepanjangan sejak perang Gaza tahun lalu.
Menurut otoritas kesehatan Lebanon, lebih dari 3.760 orang tewas dalam serangan Israel di Lebanon, hampir 15.700 orang terluka, dan sedikitnya satu juta orang mengungsi sejak Oktober tahun lalu.
Konflik meluas setelah Israel melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober tahun ini.
Sumber: Anadolu/Antara