Bursa Wall Street Rontok, Investor Panik Kebijakan Trump Bisa Bikin Ekonomi Lesu


Indeks bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) anjlok pada perdagangan hari Selasa (4/3). Kebijakan tarif Presiden Donald Trump memicu kekhawatiran investor terhadap dampaknya pada perekonomian.
Indeks Dow Jones melemah 670,25 poin atau 1,55% ke level 42.520,99, melanjutkan tren penurunan setelah anjlok hampir 650 poin sehari sebelumnya. S&P 500 turun 1,22% ke 5.778,15, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,35% ke 18.285,16.
Di titik terendahnya, Dow sempat merosot lebih dari 840 poin, sementara S&P 500 turun hingga 2%. Nasdaq bahkan hampir memasuki wilayah koreksi, yakni penurunan lebih dari 10% dari level tertingginya baru-baru ini. Mayoritas saham di S&P 500 juga ditutup di zona merah, meski sejumlah investor mulai memborong saham-saham yang sudah tertekan seperti Nvidia.
Penurunan pasar pada Selasa terjadi setelah Presiden Donald Trump resmi memberlakukan bea masuk 25% untuk Kanada dan Meksiko, serta tarif tambahan 10% untuk barang-barang Cina. Sebagai respons, Cina menaikkan tarif hingga 15% untuk beberapa produk AS, sementara Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menyatakan negaranya akan mengenakan tarif balasan dan mengambil langkah lainnya yang akan diumumkan akhir pekan ini.
Ketegangan meningkat setelah Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyatakan akan menerapkan tarif 25% terhadap barang-barang AS. Trump pun merespons dengan ancaman tarif yang lebih tinggi untuk Kanada.
Saham-saham perusahaan yang bergantung pada impor tertekan akibat kebijakan Trump. Saham General Motors (GM) dan Ford anjlok lebih dari 4% dan hampir 3%. Chipotle, yang mengimpor sekitar setengah dari alpukatnya dari Meksiko, turun 2%. Sementara saham Target merosot 2,5% setelah CEO perusahaan mengungkapkan bahwa harga beberapa produk akan naik dalam waktu dekat akibat tarif tersebut.
Terkoreksinya pasar minggu ini membuat indeks S&P 500 masuk ke zona merah sepanjang 2025, sementara Dow Jones mendekati level stagnan sejak awal tahun. Harapan investor akan adanya kesepakatan di menit-menit terakhir untuk menghindari tarif penuh terhadap Meksiko dan Kanada pun pupus. Hal itu usai Trump mengonfirmasi kebijakan tersebut akan segera diberlakukan hingga pasar AS kian babak belur pada sesi perdagangan Senin.
"Kami menyebutnya sebagai koreksi bersyarat, karena semuanya bergantung pada satu hal: seberapa lama Trump akan mempertahankan tarif ini," ujar Sam Stovall, Kepala Strategi Investasi CFRA Research, dikutip CNBC, Rabu (5/3).
Adapun tarif yang diterapkan Trump, ditambah dengan lemahnya data ekonomi dalam beberapa waktu terakhir, semakin meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi AS.
Saham-saham perbankan dan ritel memimpin pelemahan pada Selasa karena investor khawatir kebijakan ini dapat semakin menekan pertumbuhan ekonomi.
Akibat penurunan tersebut, indeks S&P 500 kini berada di bawah level penutupannya pada Hari Pemilu November 2024 lalu, saat Trump memenangkan masa jabatan keduanya. Para pelaku pasar kini menantikan pidato Trump di depan Kongres pada Selasa malam, yang diperkirakan akan membahas salah satu agenda utama dalam kampanyenya, yakni kebijakan tarif.