Netanyahu Pastikan Israel Terus Serang Suriah, Ini Alasannya
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memastikan negaranya akan terus menyerang Suriah. Alasannya, untuk melindungi suku minoritas Druze di Provinsi Sweida.
Melansir pemberitaan Times of Israel pada Kamis (17/7), Netanyahu menyebut Pemerintah Suriah telah mengirim pasukan ke Sweida untuk menyerbu kaum Druze. Israel menganggap Sweida sebagai daerah bebas operasi militer.
"Mereka mengirim pasukan ke selatan Damaskus, ke wilayah yang seharusnya didemiliterisasi, dan mulai membantai kaum Druze. Kami tidak dapat menerima ini dengan cara apa pun," ujar Netanyahu.
Ia menambahkan, gencatan senjata di Sweida yang diumumkan Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa, diraih lewat pendekatan militer yang dilakukan Israel pada 16 Juli. Netanyahu menolak kesepakatan gencatan senjata yang mencakup penarikan pasukan Pemerintah Suriah diperoleh melalui negosiasi.
"Kami bertindak, dan kami akan terus bertindak sebagaimana mestinya," ujar Netanyahu.
Israel menyerang fasilitas militer Suriah pada 16 Juli. Mereka menuntut pasukan militer Suriah menarik diri dari Sweida.
Pasukan militer Suriah dikerahkan di wilayah itu setelah pecah bentrokan antara komunitas Druze dan Badui beberapa waktu lalu. Konflik sektarian dipicu oleh penyerangan terhadap seorang penjual sayur Druze oleh kelompok bersenjata Badui.
Kekerasan itu meletus pada Minggu (11/7) dengan bentrokan antara suku Bedouin yang sebagian besar Sunni dan milisi Druze di Sweida. Pemerintah Suriah mengerahkan pasukan militer ke Sweida untuk meredakan konflik. Namun, beberapa pemimpin milisi Druze, yang tidak percaya pada pemimpin baru Suriah, berpikir bahwa pasukan pemerintah akan menyerang Druze.
Para milisi kemudian dimobilisasi untuk mengusir pasukan pemerintah yang datang. Kekerasan ini memicu kekhawatiran bahwa pertempuran dapat berkembang menjadi konflik sektarian yang lebih luas.
Israel, yang merupakan rumah bagi populasi minoritas Druze yang cukup besar, berjanji untuk melindungi komunitas ini.
Setelah serangan udara Israel pada 16 Juli, tentara Suriah menarik diri dengan alasan telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan pasukan lokal Druze. Presiden Sharaa berjanji akan melindungi kelompok minoritas Druze, meski beberapa faksi menolak kesepakatan ini.
Meskipun gencatan senjata diumumkan, muncul laporan mengenai bentrokan baru dengan kedua belah pihak saling menyalahkan.
Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa menuduh Israel berusaha menebar kekacauan di negaranya. Dia mengecam Israel atas serangan terhadap fasilitas sipil dan pemerintah. Ini merupakan kecaman pertama al-Sharaa terhadap Israel sejak ia berkuasa pada Januari 2025.
Al-Sharaa juga mengatakan aksi Israel bisa menyebabkan eskalasi dalam skala besar. Ia meminta sejumlah negara untuk aktif menyelamatkan kawasan Timur Tengah.
"Kecuali intervensi aktif (yaitu) mediasi Amerika Serikat, Arab, dan Turki yang menyelamatkan kawasan tersebut dari nasib yang tidak diketahui," kata al-Sharaa dalam pidatonya, Kamis (17/7) seperti dikutip dari The New York Times.
