WSSF 2025: Indonesia Usung Inovasi Long Term Care

Anshar Dwi Wibowo
Oleh Anshar Dwi Wibowo - Tim Publikasi Katadata
2 Oktober 2025, 18:06
Indonesia
Dok BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan dalam World Social Security Forum (WSSF) 2025 di Kuala Lumpur.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Upaya memastikan peserta JKN terlindungi hingga usia lanjut menjadi sorotan BPJS Kesehatan dalam World Social Security Forum (WSSF) 2025 di Kuala Lumpur. 

BPJS Kesehatan hadir untuk mendorong solusi konkret melalui penguatan layanan Long Term Care (LTC) dan transformasi digital jaminan kesehatan, pada forum yang diselenggarakan oleh International Social Security Association (ISSA), Rabu (1/10).

Direktur Utama BPJS Kesehatan sekaligus Ketua Technical Commission on Medical Care and Sickness Insurance (TC Health), Ghufron Mukti, mengatakan pembahasan isu ini semakin relevan mengingat populasi usia lanjut, termasuk di Indonesia terus bertambah dan kasus penyakit kronis semakin meningkat. 

Baginya, LTC dipandang sebagai kebutuhan mendesak karena bukan hanya menyangkut pelayanan medis, tetapi juga jaminan kualitas hidup peserta agar tetap mandiri dan bermartabat.

Ghufron mengatakan, penerapan LTC menjadi langkah strategis untuk memperkuat perlindungan masyarakat. Dengan cakupan lebih dari 282 juta jiwa per 1 September 2025, Program JKN merupakan skema jaminan kesehatan terbesar di dunia. 

“Tantangan demografi dan beban biaya kesehatan jangka panjang menuntut adanya pendekatan baru melalui pencegahan, deteksi dini, penguatan layanan primer, serta transformasi digital,” kata Ghufron dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (2/10).

Sejalan dengan hal tersebut, BPJS Kesehatan telah mengembangkan beragam inovasi seperti Skrining Riwayat Kesehatan sebagai upaya promotif preventif, termasuk bagi peserta lanjut usia. Di samping itu, peserta JKN kini kian mudah dalam mengakses layanan di fasilitas kesehatan, cukup berbekal nomor induk kependudukan (NIK) yang tercantum di KTP atau KK.

Ghufron menambahkan, BPJS Kesehatan juga mendukung big data analytics yang dapat dimanfaatkan untuk memetakan tren penyakit kronis dan kebutuhan pelayanan bagi peserta lanjut usia, yang menjadi dasar perumusan kebijakan.

"Pada tahun ini, tren peningkatan penyakit berbiaya katastropik terus meningkat. Menurut data BPJS Kesehatan per Agustus 2025, kasus terbanyak untuk penyakit berbiaya katastropik ditempati oleh penyakit jantung, yakni 10,96 juta kasus jantung yang telah dijamin Program JKN," terang Ghufron.

Ghufron menambahkan, posisi kedua ditempati oleh penyakit gagal ginjal dengan jumlah kasus sebanyak 7,32 juta kasus, lalu penyakit stroke sebanyak 4,03 juta kasus, dan disusul kasus penyakit kanker dengan jumlah kasus 3,54 juta kasus.

"Keterlibatan BPJS Kesehatan dalam forum ini dapat dimanfaatkan untuk pertukaran pengetahuan dengan negara lain dalam menerapkan LTC, ataupun ruang untuk mempresentasikan keberhasilan transformasi digital yang telah dilakukan Indonesia. Selain itu juga memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan jumlah peserta jaminan kesehatan terbesar di dunia," ucap Ghufron.

Beragam upaya ditempuh BPJS Kesehatan untuk memperkuat literasi JKN bagi masyarakat. Ghufron menerangkan, BPJS Kesehatan telah melakukan kampanye edukasi, baik melalui kanal digital resmi dan kolaborasi dengan berbagai stakeholder termasuk pemerintah setempat atau komunitas.

"Melalui forum ini harapannya menjadi ajang diskusi untuk bertukar ide, memperkuat jejaring internasional, serta merumuskan langkah konkret bersama negara-negara lain dalam mewujudkan sistem jaminan kesehatan jangka panjang yang inklusif dan berkelanjutan," tutup Ghufron.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...