Konflik Memanas, Thailand Luncurkan Serangan Udara ke Kamboja
Thailand melancarkan serangan udara di sepanjang perbatasan dengan Kamboja pada Senin (8/12). Serangan tersebut dilakukan di tengah perjanjian damai yang disepakati Bersama Amerika Serikat dan Malaysia.
Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan Thailand tidak ingin melihat kekerasan, namun militer siap mengambil langkah untuk menjaga keamanan.
Juru Bicara militer Thailand, Mayjen Winthai Suvaree mengatakan satu tantara Thailand tewas dan delapan lainnya mengalami luka-luka.
Thailand mengatakan, Kamboja memobilisasi persenjataan berat dan menempatkan pasukan tempur mereka.
Oleh sebab itu, militer Negeri Gajah Putih meluncurkan serangan Udara untuk menyerang target militer di negeri tetangga mereka.
"Thailand tidak punya pilihan selain bertindak membela diri setelah menyaksikan serangan Kamboja yang terus berlanjut terhadap pasukan Thailand," kata Mayjen Winthai pada Senin (8/12) dikutip dari The Straits Times.
Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan militer Thailand melancarkan serangan fajar di dua lokasi, setelah berhari-hari melakukan tindakan provokatif. Kamboja mengklaim pasukan mereka tak melakukan pembalasan.
Mantan pemimpin Kamboja sekaligus ayah Perdana Menteri Hun Manet, Hun Sen, mengatakan militer Thailand adalah agresor yang memprovokasi Kamboja.
"Batas untuk merespons telah ditetapkan. Saya mendesak para komandan di semua tingkatan untuk mendidik semua perwira dan prajurit," kata Hun Sen.
Serangan ini menyusul saling tuding selama akhir pekan tentang penembakan lintas perbatasan. Kanboja dan Thailand saling menuduh pihak lain yang menembak terlebih dahulu.
Seorang warga distrik Ban Kruat, Thailand, Phichet Phlkoet mengatakan ia mendengar suara temakan artileri berat hingga senjata ringan sejak Senin dini hari.
Politikus Kamboja, Meach Sovannara mengatakan warga sipil di sekitar perbatasan Thailand juga telah menyingkir. "Saya mendengar tembakan artileri," katanya.
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim mendesak dua negara menahan diri dan menjaga jalur komunikasi. "Pertempuran yang terjadi berisiko menggagalkan upaya untuk menstabilkan hubungan antara kedua negara," kata Anwar.
