Bentrok Thailand – Kamboja Meluas, Tujuh Warga Sipil dan Seorang Tentara Tewas
Thailand dan Kamboja saling menyalahkan atas pecahnya kembali bentrokan yang terjadi di wilayah sengketa perbatasan dua negara. Insiden ini sekaligus menggugurkan kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 26 Oktober lalu.
Pemerintah Thailand menyatakan terpaksa mengambil tindakan militer untuk mengusir pasukan Kamboja dari wilayahnya. Thailand telah melancarkan serangan udara di sepanjang perbatasan dengan Kamboja sejak Senin, 8 Desember kemarin.
Melansir pemberitaan The Guardian pada Selasa (9/12), pertempuran terbaru antara kedua negara Asia Tenggara itu kemudian meluas di sepanjang perbatasan yang kini masih menjadi sengketa. Kedua pihak saling menyalahkan atas bentrokan yang kembali pecah dan merusak kesepakatan gencatan senjata.
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet pada Senin (8/12) malam mengatakan Thailand tidak boleh menggunakan kekuatan militer untuk menyerang desa-desa sipil dengan dalih merebut kembali kedaulatannya. Juru Bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Letnan Jenderal Maly Socheata, melaporkan operasi militer yang dilakukan pasukan Thailand di wilayah Kamboja telah menewaskan tujuh warga sipil dan melukai 20 orang lainnya.
“Berdasarkan informasi awal dari otoritas provinsi, penembakan yang dilakukan militer Thailand terhadap warga sipil pada tanggal 8 hingga 9 Desember 2025, hingga pukul 06.00 pagi, telah menyebabkan tewasnya tujuh warga sipil Kamboja dan melukai 20 orang lainnya,” kata Maly Socheata, sebagaimana diberitakan oleh Kantor Berita Pemerintahan Agence Kampuchea Presse pada Selasa (9/12).
Pasukan militer Thailand terus melancarkan serangan terhadap pasukan dan warga sipil Kamboja di berbagai lokasi di Provinsi Preah Vihear, Oddar Meanchey, Banteay Meanchey, Battambang, dan Pursat.
Di pihak satunya, Angkatan Laut Thailand menyampaikan pasukan Kamboja terdeteksi berada di dalam wilayah Thailand di Provinsi Trat. Militer Thailand kemudian melancarkan operasi untuk mengusir pasukan Kamboja itu, meskipun mereka tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai detail operasi yang berlangsung.
Militer Thailand menyatakan satu tentaranya tewas dalam bentrokan tersebut. Angkatan Laut Thailand menyatakan pasukan Kamboja terus menambah kekuatan, menempatkan penembak runduk dan senjata berat, memperkuat posisi pertahanan, serta menggali parit. Thailand menilai tindakan tersebut sebagai ancaman langsung dan serius terhadap kedaulatan Thailand.
Melansir pemberitaan Bangkok Post (9/12), Kepala Staf Angkatan Darat Thailand, Jenderal Chaiyaphreuk Duangpraphat, mengatakan tujuan militer Thailand setelah bentrokan terbaru di perbatasan dengan Kamboja adalah melumpuhkan kemampuan militer Kamboja untuk waktu lama demi menjamin keselamatan generasi Thailand pada masa mendatang.
Jenderal Chaiyaphreuk menyampaikan pernyataan itu pada Senin (8/12), ketika pertempuran di sepanjang perbatasan Thailand–Kamboja memasuki hari kedua. Saat itu militer Thailand juga dilaporkan menghancurkan sebuah kasino yang digunakan sebagai stasiun kendali drone Kamboja.
Kekerasan baru pecah pada Minggu (7/12) sore di Distrik Kantharalak, Provinsi Si Sa Ket. Otoritas setempat meminta warga yang tinggal dekat perbatasan di Buri Ram, Surin, Si Sa Ket, dan Ubon Ratchathani untuk mengungsi ke tempat perlindungan.
