Pejabat AS Sebut Kesepakatan Tarif Perdagangan dengan Indonesia Terancam Batal
Kesepakatan perjanjian tarif perdagangan 19% untuk barang asal Indonesia yang masuk ke Amerika Serikat (AS) terancam batal. Seorang pejabat AS kepada Reuters menyampaikan Indonesia mulai menarik kembali sejumlah komitmen yang sebelumnya disepakati pada Juli lalu.
“Mereka menarik diri dari apa yang sudah kami sepakati pada Juli,” kata pejabat yang berbicara dengan syarat anonim, sebagaimana diberitakan oleh Reuters pada Selasa (9/12). Pejabat tersebut tidak merinci komitmen spesifik yang kini dipersoalkan oleh Indonesia.
Pemerintah AS lewat Joint Statement di laman The White House pada 22 Juli lalu mengumumkan penurunan tarif perdagangan bagi barang asal Indonesia yang masuk ke pasar Amerika Serikat. Dalam pernyataan itu, Washington menetapkan tarif turun dari 32% menjadi 19%.
Keputusan itu muncul sebagai imbalan atas kesediaan Indonesia menghapus tarif lebih dari 99% barang asal Amerika Serikat serta mencabut seluruh hambatan non-tarif yang sebelumnya membatasi aktivitas perusahaan-perusahaan AS di Indonesia.
Pejabat AS yang berbicara kepada Reuters mengatakan pejabat-pejabat Indonesia telah memberi tahu Perwakilan Dagang AS (USTR), Jamieson Greer, bahwa Jakarta tidak dapat menyetujui sejumlah komitmen yang bersifat mengikat dan ingin merumuskan ulang kesepakatan tersebut.
Lebih jauh, Pejabat AS itu menilai perubahan yang diajukan Jakarta berpotensi menghasilkan perjanjian yang lebih merugikan Amerika Serikat dibandingkan kesepakatan dagang terbaru Washington dengan Malaysia dan Kamboja.
Pernyataan tersebut sekaligus menguatkan laporan Financial Times yang terbit lebih awal pada Selasa. Financial Times melaporkan para pejabat AS menilai Indonesia mundur dari kesepakatan untuk menghapus hambatan non-tarif terhadap ekspor industri dan pertanian Amerika Serikat.
Mereka juga menilai Jakarta menarik diri dari kesediaannya untuk mengambil langkah dalam isu perdagangan digital. Adapun USTR belum memberikan komentar atas kabar ini.
Pekan lalu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyampaikan dalam acara New York Times Dealbook bahwa Indonesia mulai bersikap 'keras kepala' dalam pembahasan perjanjian dagangnya dengan Washington. Ia tidak memberikan penjelasan lebih jauh mengenai kelanjutan kesepakatan dagang AS-Indonesia.
