Upaya Swasta Membantu Atasi Krisis Iklim Global
Laporan Energy and Climate Intelligence Unit (ECIU) dan Oxford Net Zero menyebut sedikitnya ada 21% dari dua ribu perusahaan publik terbesar di dunia sudah menyatakan komitmen untuk mencapai emisi nol. Saat ini semakin banyak perusahaan dunia bergerak untuk mengadopsi prinsip berkelanjutan.
Selain karena tuntutan dari konsumen, tren ini terjadi karena muncul kesadaran di dunia usaha tentang pentingnya memperhatikan faktor-faktor sosial dan lingkungan, sebagai strategi bisnis untuk meningkatkan nilai jangka panjang dan performa bisnis.
HSBC merupakan salah satu contoh perusahaan yang sudah menyatakan komitmen dan juga mengimplementasikannya dalam operasional perusahaan. HSBC telah menetapkan rencana untuk memprioritaskan pembiayaan dan investasi yang mendukung transisi ke perekonomian global nir-emisi.
Head of Corporate Sustainability PT HSBC Indonesia, Nuni Sutyoko mengatakan, pihaknya telah melakukan kerjasama dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Baik akademik, lembaga swadaya masyarakat, pusat penelitian, serta institusi lain, untuk mencari solusi mengenai bagaimana mengatasi krisis iklim global.
“Jadi kita memang harus terus menjadi semacam gawang ya, dari sisi mitigation, kemudian juga dari sisi how can we help our business, untuk financial flow yang memang sifatnya green dan bersifat mempunyai strategi Environmental Social Governance (ESG),” kata dia dalam Webinar Katadata & Landscape Indonesia - Road to COP26, dengan tema ‘The Road to Net-Zero’, Jumat (22/10).
Salah satu upaya yang telah dilakukan HSBC adalah berbagi bantuan hingga melakukan intervensi kepada para petani, terutama petani kecil. Menurut Nuni, petani kecil merupakan sumber materi utama bagi para pemangku bisnis.
“Jadi penting kita sangat intervensi dengan memastikan bahwa sustainable produk untuk bisnis sektor itu dari sumber material yang sudah sustainable,” ujarnya.
Kemudian, Danone Indonesia juga merupakan salah satu perusahaan yang mendukung pengadaan energi terbarukan (ET) dan akan menggunakannya 100 persen pada 2030.
Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni mengatakan, salah satu upaya Danone dalam mewujudkan komitmen tersebut adalah dengan penggunaan panel surya atap berkapasitas total 6,4 MegaWatt-peak (MWp), di keempat pabrik di Indonesia. Yaitu di Banyuwangi, Mekarsari, Klaten dan Ciherang.
Selain itu, ia juga mengatakan Danone Indonesia telah memasang enam ton boiler biomassa di salah satu pabrik, serta menggunakan model bisnis guna ulang pada produk Aqua Galon.
“Model bisnis guna ulang Aqua Galon itu sebenarnya setelah kita lakukan perhitungan, kita lakukan studi perhitungan, galon isi ulang dibanding dengan galon sekali pakai itu emisi yang dihasilkan hanya 1/6 dari galon sekali pakai,” jelas dia.