Mengenal Makna, Gerakan, dan Pola Lantai Tari Tor Tor
Suku Batak tinggal di provinsi Sumatera Utara yang memiliki beragam budaya dan kesenian. Kesenian suku Batak dilakukan secara turun temurun, termasuk tarian tradisional.
Tarian tradisional ini Batak dipakai untuk menyambut tamu, pesta perkawinan, sampai tarian kematian untuk orang yang meninggal dunia. Contohnya saja masyarakat Batak Toba yang berada di desa Penanggalan memiliki tradisi upacara kematian.
Upacara kematian Tortor diadakan oleh keluarga. Mereka mengadakan manortor (menari) di hadapan orang yang telah meninggal dunia. Maksud upacara menari ini dilakukan sebagai bentuk rasa ikhlas kepergian dan penghormatan untuk keluarga.
Sejarah Tor Tor
Tari Tor Tor berasal dari Sumatera Utara yang kini terus dilestarikan suku Batak Toba. Mengutip dari jakartatourism.go.id, tari Tor Tor juga menjadi tarian tradisional etnis Batak Mandailing di Sumatera Utara. Alat musik tradisional yang digunakan sebagai pengiring lagu adalah gondang.
Tor Tor berasal dari suara hentakan kaki para penari, ketika mereka tampil di papan rumah suku Batak. Dahulu ketika kolonial Belanda, tarian ini dipakai sebagai hiburan untuk para raja. Para raja bersembunyi dari perlawanan terhadap tentara Belanda.
Ada jenis tarian Tor Tor seperti Tor Tor Pangurason, Tor Tor Sipitu, Tor Tor Tunggal Panaluan. Tari Tor Tor Pangurason dipakai sebagai tari pembersihan dan pesta besar. Tor Tor Sipitu Cawan ditampilkan ketika pengukuhan raja. Sedangkan Tor Tor Panaluan digunakan ketika desa mendapat musibah. Para dukun akan mencari petunjuk untuk mengatasi masalah, sehingga tarian ini disajikan. Ada juga tari Tor Tor untuk upacara kematian suku Batak.
Tari Tor Tor juga dipakai dalam upacara adat perkawinan yang disebut "horja haroan batu". Upacara adat ini merupakan pesta kedatangan pengantin di kediaman laki-laki. Tarian ini dilakukan setelah pidato adat. Dalam pernikahan adat, tari Tor Tor tidak boleh dilakukan berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Ada juga Tor Tor Naposo Nauli Bulung, bisa dilakukan berpasangan namun penari harus berasal dari marga berbeda.
Properti Tari Tor Tor
Alat Musik
Suku Batak memakai alat musik tradisional sebagai pengiring tari Tor Tor. Alat musik itu disebut margondang yang memiliki 3 konsep, yaitu:
1. Margondang pesta
Alat musik menyertakan gondang untuk mengungkapkan kegembiraan. Jenis alat musk ini yaitu gondang naposi, gondang mangompoi jabu (memasuki rumah), dan gondang pembangunan gereja.
2. Magandang adat
Alat musik ini dipakai untuk kegiatan menyertakan gondang sebagai sistem kekerabatan. Gondang dipakai yaitu gondang pangolin anak (perkawinan), gondang saur matua (kematian), dan gondang mamampe marga (pemberi marga).
Ada juga margondang religi yang dipakai untuk upacara keagamaan. Upacara ini dilakukan oleh Batak Purba. Sedangkan alat musik untuk upacara kematian yang dipakai adalah gondang, hasappi, taganing, dan ogung.
Properti
Mengutip dari jurnal "Bentuk Penyajian Dan Makna Gerak Tari Tortor Pada Upacara Kematian Adat Batak Toba Di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi Aceh" yang diterbitkan Universitas Syiah Kuala, tari Tor Tor memiliki properti bernama Ulos (selendang).
Ulos adalah selendang khas Batak yang memiliki lambak sakral, persembahan, dan pemersatu. Warna ulos memiliki simbol berbeda, contohnya ulos merah (kehidupan), hitam (hukum atau kematian), dan putih (suci).
Ulos dipakai untuk upacara kematian. Selendang ini ini diletakkan di pundak oleh pihak hula-hula dan dongan sabutuha, untuk orang yang berduka atau penari tuan rumah. Ulos yang diberi di pundak penari berwarna merah.
Tata Rias dan Busana
Penari Tor Tor wanita untuk upacara kematian memakai tata rias cantik. Penari diberi beda, lipstik, bulu mata, dan penebalan alis. Sedangkan penari pria tidak diberi tata rias.
Pakaian penari laki-laki memakai jas hitam celana warna hitam, dan ulos hitam. Sedangkan penari wanita memakai baju kebaya warna hitam, rok, dan ulos warna senada. Warna hitam dipilih sebagai lambang duka cita untuk masyarakat Batak Toba.
Pola Lantai Tari Tor Tor
Pola lantai adalah merupakan titik atau garis yang dipakai penari. Selain itu pola ini berguna untuk memberi arah penari menuju titik satu ke titik yang lain. Arahnya bisa berlawanan dengan penari lainnya.
Tari Tor Tor memiliki pola lantai lingkaran dan lulus. Posisi tamu atau hula-hula berada di sebelah jenazah, sedangkan posisi tuan rumah berada di sebelah kiri jenazah.
Pola lantai ini bermanfaat untuk memperjelas peran antara penari keluarga dan penari pelayat. Selain itu pola ini untuk membedakan sedikit gerakan pertunjukan tari.
Makna Tari Tor Tor
Gerakan tari Tor Tor dalam upacara dan pesta memiliki makna tersendiri. Berikut penjelasannya:
1. Tor Tor Mula-Mula
Penari menggerakkan badan dan tubuh secara ekspresif, ketika sarune (alat musik tiup khas Batak) dimainkan.
Alat musik mangurdot terdengar, penari akan menaikkan tangan sampai posisinya kedepan ulu hati. Kemudian tangan diturunkan perlahan dan dilipat ke arah depan perut. Gerakan ini melambangkan hati yang tulus, ikhlas, dan bersih.
2. Tor Tor Somba
Gerakan tangan dinaikkan sampai ulu hati, lalu posisi tangan dan jari tangan naik lagi. Gerakan ini seperti menyembah di depan dahi tetapi tidak rapat. Bagian kepala sedikit menunduk.
Gerakan ini melambangkan penghormatan untuk raja dan roh leluhur. Selain itu juga sebagai penghormatan untuk alam semesta dan mendapat perlindungan.
3. Tor Tor Hasahaton atau Sitotio
Ulos atau selendang dikibaskan ke udara dan berucap horas sebanyak 3 kali. Horas artinya gabe, sangap, dan mamora. Dalam bahasa Indonesia, horas artinya berketurunan, sehat, dan berkecukupan. Gerakan ini sebagai simbol menerima berkat.