Membandingkan Cek Virus Corona di Indonesia dan Berbagai Negara

Pingit Aria
10 Maret 2020, 15:12
Petugas dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Klas 1 Soetta melakukan pemeriksaan suhu tubuh seorang penumpang yang berasal dari Singapura setibanya di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (10/2/2020).
ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Petugas dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Klas 1 Soetta melakukan pemeriksaan suhu tubuh seorang penumpang yang berasal dari Singapura setibanya di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (10/2/2020).

Pemerintah telah mengadakan protokol penanganan virus corona atau Covid-19 di tempat umum, sekolah, hingga pintu masuk negara, seperti bandara, pelabuhan, dan Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN). Namun, bagaimana sebenarnya prosedur pemeriksaan virus corona di Indonesia, jika dibandingkan dengan negara lain?

Di tempat-tempat umum di Indonesia, screening dilakukan dengan pengecakan suhu tubuh menggunakan thermo gun dan thermal scanner. Selain itu, pendatang dari negara-negara dengan kasus ppenyebaran virus corona juga harus menjalani wawancara dan anamnesis. Pemeriksaan berlaku terhadap semua kedatangan pesawat internasional, dengan atensi yang lebih besar diberikan kepada pelaku perjalanan dari Korea Selatan, Italia, dan Iran.

Tak hanya Indonesia, sejumlah negara juga menciptakan metodenya masing-masing untuk mempercepat deteksi virus corona. Di beberapa negara seperti Korea Selatan dan Tiongkok, pemeriksaan dilakukan secara masif terhadap warga negaranya maupun warga asing.

Korea Selatan

Korea Selatan adalah salah satu negara dengan jumlah kasus positif virus corona terbanyak di luar daratan Tiongkok. Laporan terakhir dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan, hingga Senin (9/3), terdapat 7.382 kasus positif Covid-19 dengan angka kematian mencapai 50 orang.

(Baca: Dua Pasien Corona RI Membaik, Satu Pasien dapat Perhatian Khusus)

Korea Selatan memiliki metode yang terbilang lebih inovatif dalam mengantisipasi penyebaran virus corona, yakni berupa pengadaan stasiun layanan pemeriksaan drive-through. Dengan layanan ini, masyarakat dengan kesibukan yang tinggi bisa memeriksakan diri tanpa harus turun dari kendaraan.

Pengemudi bisa langsung mengarahkan kendaraannya ke pos drive-through yang berada di titik-titik parkir sambil mengenakan masker. Kemudian petugas medis yang berpakaian pelindung lengkap melakukan pengecekan nafas, suhu tubuh, dan lendir tenggorokan. Hasil pemeriksaan itu dapat diketahui hanya dalam 10 menit.

Pejabat di utara kota Goyang, Korea Selatan mengatakan cara tersebut lebih aman dan cepat untuk menguji virus corona ketimbang pasien ke rumah sakit atau klinik kesehatan. "Tidak ada kontak tatap muka. Jika Anda melakukan pengetesan di dalam ruangan, ada kekhawatiran pasien terduga corona bisa saling menginfeksi saat berada di ruang tunggu," jelas Walikota Goyang, Lee Jae-joon kepada CNN.

Tak hanya itu, Kementerian Kesehatan Korea Selatan juga membuat aplikasi yang wajib digunakan oleh turis asing. Para pendatang di Korea Selatan diharuskan mengisi diari aktivitas mereka selama berada di negara tersebut dan mengisi kolom-kolom pertanyaan seputar gejala Covid-19.

Fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis tersebar pula di 500 titik dan berlaku terhadap semua warga, warga asing dan imigran ilegal. Pakar kesehatan global memuji Korea Selatan atas cepatnya penanganan virus corona hingga mampu memeriksa 10 ribu orang setiap harinya.

(Baca: Jejak 19 Kasus Corona Positif di Indonesia)

Tiongkok

Virus corona jenis baru yang dikenal dengan Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Hingga Senin (9/3), terdapat 80.700 individu yang terinfeksi dan 3.119 korban tewas.

Sejak virus corona terindentifikasi pertama kali muncul pada akhir 2019, pemerintah Tiongkok langsung mengisolasi Kota Wuhan. Pemerintah Tiongkok juga membangun dua rumah sakit khusus untuk menangani virus corona.

Sejak Kamis (13/2) lalu, Tiongkok mengubah metode deteksi virus corona dari tes darah yang memerlukan waktu berhari-hari, menjadi computed tomography (CT) scan yang dinilai lebih efektif. CT scan berguna untuk melihat secara langsung organ pasien yang diduga terjangkit Covid-19.

Pemeriksaan dilakukan terhadap dua organ yang sering disasar oleh virus corona, yakni paru-paru dan ginjal. Melansir dari Science Magazine, pemerintah Cina tercatat mampu memeriksa 1,6 juta orang dalam sepekan.

Sebelum itu, Hubei hanya mengizinkan tes RNA untuk memastikan adanya infeksi virus corona. RNA atau asam ribokluneat diketahui dapat memberikan informasi genetik untuk mengidentifikasi adanya organisme seperti virus.

(Baca: Video: Suara WNI di Perantauan Saat Corona Mewabah)

Pemerintah Tiongkok juga dilaporkan telah mengeluarkan aplikasi yang memungkinkan seseorang untuk mengukur resiko terkena virus Corona. Sebagaimana yang diberitakan oleh CNBC Indonesia, aplikasi bernama Close Contact Detector dapat memberitahu jika berada di dekat seseorang yang dikonformasi atau diduga terinfeksi virus corona.

Aplikasi tersebut dikembangkan oleh pemerintah Tiongkok bersama dengan China Electronics Technology Group Corporation dan didukung oleh data dari otoritas kesehatan dan transportasi.

Singapura

Laporan terakhir mengatakan hingga Selasa (10/3), Singapura memiliki 160 kasus positif virus corona. Untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19, pemerintah mengadakan tes swab di titik-titik masuknya pelancong di jalur darat, laut dan udara.

Melansir dari Channel News Asia, para ilmuwan bertugas membawa sampel swab dari pos-pos pemeriksaan, termasuk yang berada di titik tersebut dan diangkut ke laboratorium HTX di Pasir Panjang Scanning Station.

Sebagaimana yang diberitakan oleh Tirto, 20 ilmuwan yang bekerja di laboratorium HTX dapat menguji 200 sampe dalam sehari, dan akan langung melaporkan ke departemen kesehatan apabila menemukan virus corona di salah satu sampel yang diuji.

Tes swab corona di Singapura ini dikembangkan oleh Home Team Science & Technology Agency (HTX) dan Veredus Laboratories. Hasil tes tersebut dinilai mampu mendeteksi corona dalam tiga jam dengan akurasi lebih dari 99%. Ini lebih efektif dibandingkan tes reguler yang digunakan di rumah sakit, yang umumnya memakan waktu tujuh jam.

Bagaimana dengan Indonesia?

Di Indonesia, pemerintah memiliki alurnya sendiri dalam mendeteksi virus corona. Dilansir dari media sosial Kementerian Kesehatan, deteksi dimulai dari penemuan pasien demam yang berasal dari orang yang melakukan perjalanan dari negara terjangkit dan masyarakat di wilayah Indonesia. Pasien selanjurnya dikategorikan sebagai “orang dalam pemantauan”.

(Baca: Wabah Corona Buat Penjualan iPhone Anjlok 54% di Tiongkok)

Pasien dalam pemantauan dengan gejala yang mengarah pada penyakit influenza seperti demam pilek, batuk, dan sakit tenggorokan akan langsung dikategorikan sebagai “orang dalam pengawasan”.

Selanjutnya, pasien dalam pengawasan yang telah diketahui memiliki riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19 otomatis akan menjadi suspect yang kemudian akan menjalani pemeriksaan spesimen dengan dua metode, yakni Polymerase Chain Reaction (PCR) serta Genom Sekuensing.

Saat ini, pemeriksaan spesimen tidak harus menunggu suspect terlebih dahulu, melainkan berlaku untuk seluruh pasien dalam pengawasan. Bagaimanapun, pemeriksaan sampel masih memerlukan waktu beberapa jam.

Reporter: Nobertus Mario Baskoro

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...