Menkes Terawan Tantang Peneliti Harvard soal Corona Sudah Masuk RI
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto membantah hasil riset dari peneliti Harvard T.H. Chan School of Public Health yang memprediksi virus corona seharusnya sudah masuk ke Indonesia. Terawan menyatakan, kecurigaan tersebut tidak mendasar.
Mantan Kepala Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto itu mengatakan bahwa tidak ada satupun virus corona terdeteksi masuk ke Indonesia. Selain itu, pemerintah pun memastikan tidak menutup-nutupi informasi virus corona di Indonesia.
"Ya menurut saya kecurigaan itu mengada-ada," katanya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (11/2).
(Baca: Bantah Harvard, Kemenkes Pamer Kemampuan Deteksi Virus Corona)
Terawan mengatakan, Indonesia telah memiliki alat pendeteksi virus corona, seperti pan-corona, Polymerase Chain Reaction (PCR), hingga mesin Next Generation Sequencing (NGS).
Alat-alat tersebut sudah ada di Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes sejak Desember 2019 lalu, seiring terus berkembangnya temuan virus corona. Oleh karena itu, dia mengajak peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health untuk melihat alat pendeteksi virus corona tersebut jika masih ada keraguan.
"Ya (peneliti) Harvard suruh ke sini. Saya buka pintunya untuk melihat," ujar dia.
Lebih lanjut, Terawan mengatakan, Kementerian Kesehatan terus melakukan langkah antisipasi, salah satunya dengan melakukan pemeriksaan secara ketat dan sesuai standar kesehatan. "Jangan lupa kewaspadaan sampai level yang tertinggi juga," ujarnya.
Sebelumnya ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari Harvard TH Chan School of Public Health menyebut bahwa ada potensi virus corona telah masuk ke Indonesia. Dia mengatakan hal tersebut didasari kepada intensitas frekuensi penerbangan dari dan ke Wuhan, Tiongkok, yang menjadi lokasi asal wabah virus corona.
(Baca: Menkes Bantah Ada Kasus Virus Corona Tak Terdeteksi di Indonesia )
Menurut Lipsitch, ada kemungkinan virus corona tak terdeteksi ketika masuk ke Indonesia. Ini karena sistem kesehatan yang dimiliki Indonesia mungkin tak dapat mendeteksi virus tersebut.
“Kasus yang tidak terdeteksi di negara mana pun berpotensi menyebarkan epidemi di negara-negara tersebut," kata Lipsitch seperti dilansir VOA News, Jumat (7/2).