Pertamina Jamin Proyek PLTGU Jawa I Tetap Jalan, Progres Capai 39,8%
Pertamina menjamin proyek pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Jawa I tidak terganggu dengan masalah kerja sama antara perusahaan plat merah tersebut dengan Marubeni Corporation. President Director Pertamina Power Indonesia (PPI) Ginanjar mengatakan pembangunan proyek tersebut terus berjalan.
Ginanjar bahkan mengklaim konstruksi pembangungan pembangkit berjalan dengan sangat bagus. Per 25 Oktober 2019, konstruksi pembangkit listrik yang ditargetkan mencapai 39,6 persen, justru bisa mencapai 39,8 persen. Sedangkan progres untuk pembangunan FSRU bisa mencapai 50,2 persen.
"Saya jamin semua aman. Segitiga penting Jawa-1 pada masa konstruksi adalah konsorsium terutama PPI sebagai leader, EPC Contractor, dan lenders," kata Ginanjar ke Katadata.co.id pada Rabu (13/11).
Ginanjar menegaskan pendanaan untuk proyek tersebut juga tidak terganggu sama sekali. "Pendanaan aman, kami tidak menanggung sendiri. Kami selalu menggunakan project financing," ujarnya.
Pendanaan proyek Jawa I memang menggunakan skema pendanaan non-recourse project financing. Artinya, pengembalian pendanaan hanya bersumber dari arus kas (cashflow) yang dihasilkan dari proyek tersebut.
Adapun pendanaan didapat dari konsorsium Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Nippon Export and Investment Insurance Co Ltd (NEXI), Asian Development Bank (ADB), serta perbankan komersial, seperti Mizuho Bank Ltd, MUFG Bank Ltd, Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd, Crédit Agricole Corporate and Investment Bank, dan Société Générale.
(Baca: Konstruksi Resmi Dimulai, PLTGU Jawa 1 Ditargetkan Selesai 2021)
Total nilai investasi untuk proyek tersebut sekitar US$ 1,8 miliar atau setara Rp 25,38 triliun (kurs sekitar Rp 14.000 per dolar) yang terdiri dari investasi proyek pembangkit PLTGU Jawa I sebesar US$ 1,4 miliar dan floating storage regasification unit (FSRU) sebesar US$ 400 juta.
Dari jumlah itu, JBIC selaku pemimpin konsorsium mendanai sekitar US$ 600 juta. Selain itu, pendanaan berasal dari ADB sebesar US$ 303 juta dan NEXI US$ 400 juta.
NEXI mengkoordinasikan beberapa lembaga keuangan untuk mendanai proyek tersebut. Di antaranya Mizuho Bank Ltd, MUFG Bank Ltd, Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd, Crédit Agricole Corporate and Investment Bank, dan Société Générale.
Dengan besarnya pendanaan proyek Jawa I, Ginanjar mengaku Pertamina berusaha menghemat anggaran. Caranya dengan menghindari pekerjaan konstruksi yang molor, over-budget, masalah kualitas dan spesifikasi pekerjaan dan barang.
"Makanya target kami on time, harus mengupayakan di bawah budget, tapi dengan spec dan quality sesuai rencana," kata Ginanjar.
Sejauh ini, dia mengklai bisa menghemat hingga US$ 62 juta. Target berikutnya, PPI ingin bisa menghemat biaya hingga US$ 48 juta.
"Itu dapat kami peroleh dari contingency budget, kuncinya adalah uang itu tidak boleh dibelanjakan, alias kami tidak boleh boros,"ungkapnya.
(Baca: Beli Listrik PLTGU Jawa 1, PLN Hemat Rp 43 Triliun)
Proyek Jawa 1 merupakan proyek yang mengintegrasikan fasilitas gas dengan proyek pembangkit listrik yang terdiri dari PLTGU berkapasitas 1.760 megawatt (MW), FSRU, pipa gas, dan jalur transmisi yang menyambungkan PLTGU dengan titik interkoneksi.
LNG yang dipasok oleh PLN akan diterima dan diregasifikasi di unit FSRU dan selanjutnya dialirkan dalam bentuk gas ke unit PLTGU Jawa 1 melalui pipa gas offshore dan onshore. Kemudian, listrik yang dihasilkan PLTGU Jawa 1 akan disalurkan ke PLN selama 25 tahun dengan skema BOOT (Build, Own, Operate, and Transfer) ke sistem kelistrikan Jawa-Bali melalui jaringan transmisi 500 kV dari lokasi pembangkit ke gardu induk 500 kV PLN.
Proyek PLTGU yang berlokasi di desa Cilamaya, Kabupaten Karawang Jawa Barat ini berdiri di lahan milik PT Pertamina Gas (Pertagas) seluas 39 hektar. Sedangkan FSRU akan ditambatkan di laut Cilamaya dengar jarak 20 kilometer dari pantai.
Untuk menjalankan proyek terintegrasi IPP Jawa 1 diperlukan dua project company yaitu PT Jawa Satu Power (JSP) dan PT Jawa Satu Regas (JSR). JSP bertanggung jawab untuk melakukan desain, konstruksi, dan mengoperasikan PLTGU Jawa 1, transmission line, substation, serta switchyard facilities.
Sedangkan JSR bertanggung jawab atas desain dan konstruksi serta pengoperasian fasilitas FSRU yang akan menerima LNG dari kilang Tangguh. Sebelumnya tercatat kepemilikan saham JSP dipegang oleh konsorsium PPI, Marubeni, dan Sojitz dengan kepemilikan saham PPI 40%, Marubeni 40%, dan Sojitz 20%.
Untuk saham JSR sebagian besar dimiliki oleh konsorsium PPI, Marubeni, Sojitz dan sisanya dimiliki oleh PT Humpuss Intermoda Transportasi dan Mitsui O.S.K Lines (MOL). Kepemilikan pada JSR yakni PPI 26%, Marubeni 20%, Sojitz 10%, Humpuss 25%, dan MOL 19%.
(Baca: Pinjaman Rp 19,7 T untuk Pembangkit Jawa I Ditarget Cair Tahun Depan)