Cuaca Ekstrem, BMKG Peringatkan Potensi Bencana pada Pergantian Musim

Pingit Aria
1 November 2019, 09:13
Warga berada di rumahnya yang terendam banjir di Desa Gunong Pulo, Kecamatan Arongan Lam Balek, Aceh Barat, Aceh, Kamis (31/10/2019). Banjir yang disebabkan tingginya intensitas hujan sejak dua pekan terakhir menyebabkan ratusan rumah warga dan ratusan he
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Warga berada di rumahnya yang terendam banjir di Desa Gunong Pulo, Kecamatan Arongan Lam Balek, Aceh Barat, Aceh, Kamis (31/10/2019). Banjir yang disebabkan tingginya intensitas hujan sejak dua pekan terakhir menyebabkan ratusan rumah warga dan ratusan hektar perkebunan karet dan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Arongan Lam Balek, Samatiga dan Kecamatan Woyla Timur terendam banjir.

Awal musim hujan tahun ini diperkirakan mundur satu hingga dua bulan dan baru akan terjadi pada November-Desember 2019 hingga puncaknya pada Januari-Februari tahun 2020. Masyarakat pun diminta mewaspadai potensi cuaca ekstrem.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Miming Saepudin, M.Si dalam Konferensi Pers bersama Pakar dan Tim Intelijen di Gedung Sutopo Purwo Nugroho, Graha BNPB Jakarta, 31 Oktober 2019.

Dalam keterangannya, masyarakat diminta untuk mewaspadai adanya potensi bencana pada masa pergantian musim atau pancaroba. Selain itu, masyarakat juga harus mewaspadai risiko kesehatan akibat perubahan suhu dan cuaca ekstrem, termasuk hujan es.

Sedangkan, di antara potensi bencana yang mungkin terjadi adalah, angin kencang, angin puting beliung, hingga gelombang tinggi di pesisir pantai dan ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan tanah bergerak pada saat musim penghujan nanti.

(Baca: BMKG Peringatkan Bencana Kekeringan di DKI Jakarta dan Banten)

Menurut perkiraannya, wilayah Indonesia yang akan memasuki awal musim penghujan dimulai dari bagian utara seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat hingga Papua bagian utara. "Aceh dan Sumatera Utara harus siaga banjir dan tanah longsor," kata Miming.

Dalam satu pekan ke depan, potensi hujan diprediksi akan terjadi di sejumlah wilayah seperti provinsi seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi Tengah dan Papua.

Selain itu, gelombang tinggi akan terjadi di wilayah selatan dan barat daya Sumatera Selatan hingga wilayah selatan Jawa dengan perkiraan tinggi gelombang mencapai 2,5 meter. Namun, BMKG memprediksi bahwa kondisi tersebut masih aman untuk penyeberangan laut.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Kelompok Perencanaan Deputi Bidang Perencanaan dan Kerjasama, Badan Restorasi Gambut (BRG), Ir. Noviar memaparkan bahwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) gambut hingga saat ini masih terdeteksi sebanyak 31.164 titik. Lokasi-lokasi itu tersebar di tujuh provinsi seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Papua.

Berdasarkan temuan di lapangan maupun pantauan satelit, hutan produksi masih mendominasi luasan kebakaran hutan dan lahan. Hal itu menurut BRG dapat disimpulkan bahwa masyarakat maupun koorporasi masih melakukan pembukaan dan pengelolaan lahan dengan cara yang tidak baik, termasuk dengan dibakar.

(Baca: Dikepung Kabut Asap, Warganet Lambungkan Tagar Save Palembang)

Adapun upaya BRG dalam mengatasi hal tersebut ialah dengan langkah yang dinamakan "3 R" yakni Rewetting, Revegetation, Revitalization. Rewetting merupakan upaya untuk mengembalikan kodrat basah lahan gambut dan membuat sekat-sekat kanal. Revegetation merupakan penanaman pola maksimal dan pengkayaan tanaman. Sedangkan Revitalization adalah pembangunan alternatif komoditas dan sumber mata pencaharian masyarakat.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...