Soroti Garuda dan Lion Air, YLKI: Duopoli Merusak Iklim Penerbangan
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai adanya duopoli dalam industri penerbangan di Indonesia. Dua kelompok besar, yakni Grup Garuda dan Grup Lion menguasai industri penerbangan nasional. Adanya duopoli ini dinilai bisa merusak iklim usaha sektor tersebut.
Pengurus harian YLKI Sudaryatmo mengatakan duopoli ini telah mempengaruhi harga tiket penerbangan. Konsumen mempertanyakan ketidaksesuaian harga yang terjadi pada maskapai-maskapai tertentu.
"Mestinya kalo iklim yang bagus seharusnya ada kompetisi di sisi tarif. Ini tidak, Lion (malah) mengikuti tarif Garuda," katanya usai menjadi pembicara di diskusi perspektif Indonesia bertajuk "Bagaimanapun Lebaran Tidak Lama Lagi" di Jakarta, Sabtu, (25/5).
(Baca: Empat Faktor yang Dituding Jadi Penyebab Mahalnya Tiket Pesawat)
Dia pun membandingkan dengan keberadaan AirAsia. Maskapai yang memiliki harga tiket termurah ini mampu menawarkan sisi efisiensi kepada masyarakat selaku konsumen. Harga tiket AirAsia bisa lebih murah dari Garuda dan Lion dalam rute yang sama.
Menurutnya ada dua alasan maskapai harus melakukan penurunan harga untuk menjawab keluhan konsumen, yakni predator pricing dan efisiensi. Predator pricing adalah penurunan harga untuk menghindari kompetisi antara maskapai. "Air Asia menjawab, efisiensi," kata Sudaryatmo.
(Baca: Lion Group Klaim Harga Tiket Pesawatnya Sudah Sesuai Aturan Baru)
Seharusnya, keberadaan yang dilakukan AirAsia ini diperkuat. Efisiensi yang dilakukannya pun seharusnya bisa ditiru oleh Lion dan Garuda. Dengan begitu, harga tiket penerbangan bisa lebih murah dan konsumen pun bisa diuntungkan.
Ia juga menilai langkah yang harus ditempuh pemerintah sebenarnya bukan menurunkan harga Garuda dan Lion. "Seharusnya membaca efisiensi di Air Asia dan menekan harga Lion dan Garuda itu alasanya supaya efisien," ujarnya.
(Baca: Tiket Mahal Menggerus Pendapatan Angkasa Pura I Rp 300 Miliar)