Tumbangnya Para Menteri Jokowi di Pileg 2019

Dimas Jarot Bayu
21 Mei 2019, 19:10
Menteri Jokowi gagal dalam PIleg 2019
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) dan bersama menteri Kabinet Kerja menghadiri Sidang Tahunan MPR Tahun 2017 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8).

Hasil rekapitulasi penghitungan suara untuk Pemilu 2019 telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Selasa (21/5) dini hari. Dari hasil tersebut, empat dari enam menteri gagal sebagai anggota legislatif yang melenggang ke Senayan.

Setidaknya, ada enam menteri yang saat ini mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, yakni Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Eko Putro Sandjojo. Lalu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.

(Baca: PDIP Menang Pileg 2019 Sebesar 19,3%, Cuma 9 Partai yang Lolos ke DPR)

Hanif, Imam, dan Eko diketahui mencalonkan diri melalui Parta Kebangkitan Bangsa (PKB). Hanif mencalonkan diri di daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat VI, Imam di dapil DKI Jakarta I, dan Eko di dapil Bengkulu.

Lukman melalui Partai Persatuan P embangunan (PPP) mencalonkan diri di dapil Jawa Barat VI. Kemudian Puan melalui Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mencalonkan diri di dapil Jawa Tengah V  diikuti Yasonna yang juga melalui PDIP mencalonkan diri dari dapil Sumatera Utara I.

Selain menteri, ada pula Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi yang ikut mencalonkan diri dalam Pileg 2019. Johan diketahui mencalonkan diri melalui PDIP di dapil Jawa Timur VII.

Di antara barisan menteri dan jubir presiden, hanya Puan, Yasonna, dan Johan yang berhasil mendapatkan kursi di parlemen. Puan diketahui meraih 404.304 suara. Perolehan suara yang dimiliki Puan tak hanya menjadi yang tertinggi di Jawa Tengah, namun juga di seluruh dapil se-Indonesia.

(Baca: PDIP Jawara di Sumut, Yasonna hingga Djarot Syaiful Lolos ke Senayan)

Yasonna mendapatkan 124.848 di dapil Sumatera Utara I. Sedangkan, Johan memperoleh 76.395 suara di dapil Jawa Timur VII.

Sementara itu, Hanif, Imam, Eko, dan Lukman gagal maju ke Senayan. Hanif diketahui hanya mendapatkan 39.366 suara di dapil Jawa Barat VI dan Imam meraih 29.909 suara di dapil DKI Jakarta I.

Setali tiga uang, Eko hanya memperoleh 48.625 suara di dapil Bengkulu. Demikian halnya Lukman yang hanya mendapatkan 30.197 suara di dapil Jawa Barat VI.

Ada berbagai faktor yang disinyalir menjadi penyebab kegagalan para menteri Kabinet Kerja tersebut melenggang ke Senayan. Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar menyebut salah satu faktor kegagalan dikarenakan belum adanya tingkat pengenalan yang baik di daerah pemilihan masing-masing.

(Baca: Puan Sebut Belum Ada Pembicaraan Soal Ketua DPR di Internal PDIP)

Meski berstatus menteri, mereka belum tentu dikenal oleh masyarakat akar rumput. Ini dikarenakan para menteri tersebut tak memiliki prestasi luar biasa yang mampu diingat oleh publik.

"Menteri-menteri yang maju di Pileg belum tentu punya gebrakan luar biasa sehingga punya tingkat pengenalan publik yang baik," kata Rully ketika dihubungi Katadata.co.id, Selasa (21/5).

Lebih lanjut, Rully menyebut faktor lain penyebab kekalahan para menteri bisa jadi dikarenakan mereka jarang turun langsung ke dapil masing-masing. Mereka terlalu sibuk dengan tugas sebagai menteri, sehingga tak punya waktu untuk berkampanye langsung.

"Itu yang menjadi perbedaan ketika caleg-caleg lain lebih banyak turun ke dapilnya," kata Rully. (Baca: Hanya Dua dari Enam Menteri di Kabinet Kerja Jokowi Lolos DPR)

Hal senada disampaikan Direktur Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo. Menurut Karyono, para menteri terlalu sibuk dengan tugas yang diembannya. Alhasil, para menteri  lebih mengandalkan tim kampanyenya untuk menggaet suara masyarakat di daerah pemilihan. "Hal ini berefek pada kekalahan," kata Karyono.

Hal lain yang menurutnya tak bisa diremehkan yaitu terkait kekuatan kompetitior para menteri di dapil masing-masing. Jika kompetitor lebih populer dan memiliki dukungan yang kuat, maka sulit bagi para menteri tersebut untuk menang.

Di samping itu, kondisi kekuatan partai di daerah pemilihan para menteri tersebut juga menentukan. "Di suatu wilayah ada partai tertentu yang lemah dukungan suaranya," kata dia.

Reporter: Dimas Jarot Bayu
Editor: Ekarina

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...