Pemerintah Kembangkan PLTS di Area Bekas Tambang
Pusat Penelitan dan Pengembangan Teknologi dan Kelistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3Tek KEBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan konsep pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di area bekas tambang milik PT Timah Tbk.
Kepala Badan Penelitian Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan konsep tersebut akan menjadi proyek percontohan (pilot project) PLTS di wilayah bekas tambang. "Pembangunan PLTS dikerjakan pada skala lebih besar, ini bisa dijadikan percontohan," ujarnya, dalam keterangan pers, Senin (6/5).
Setelah dilakukan observasi, pihaknya akan mencoba mengimplementasikan PLTS di wilayah tambang PT Timah yang berada di Kampung Reklamasi Air Jangkang di Pulau Bangka, Riau. Kampung Reklamasi Air Jangkang memiliki lahan seluas 31 hektare, yang kini direklamasi menjadi taman rekreasi keluarga dan agrowisata.
Hanya, pasokan listrik menjadi kendala di Kepulauan Bangka Belitung. Banyak daerah yang belum mendapat pasokan listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Salah satunya penyebabnya karena Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan (BPP) di Kepualauan Bangka Belitung cukup tinggi sebesar Rp 2.881 per kilowatt per hour (kWh). Dengan adanya proyek tersebut diharapkan BPP di daerah Kepulauan Bangka Belitung bisa turun.
(Baca: Mengkritisi RUPTL 2019-2028 terhadap Perkembangan Energi Terbarukan)
"Proses ini diperlukan lantaran kecenderungan biaya energi makin lama makin meningkat," kata Dadan.
BLU P3Tek KEBTKE juga akan mengukur dan memantau penggunaan energi, identifikasi biaya energi, mengelola risiko hingga memberikan sejumlah rekomendasi terkait peningkatan efisiensi. Dengan begitu, kegiatan operasi produksi PT. Timah dapat berjalan seefisien mungkin.
Sebagai informasi, BLU Litbang ESDM dan PT Timah telah melakukan Perjanjian Kerja sama (PKS) dalam mengembangkan penelitian teknologi bidang ketenagalistrikan EBTKE demi meningkatkan aktivitas produksi timah.
(Baca: Regulasi Jadi Penghambat Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya)