Banyak Didukung Kelas Bawah, Tim Jokowi: Isu Kubu Prabowo Tak Efektif
Indikator Politik Indonesia merilis survei Maret 2019 tentang elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebesar 55,4 persen, lebih tinggi dari pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang hanya 37,4 persen. Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Amin pun menyatakan permainan isu oleh Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi tak efektif.
Sekretaris Jenderal Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Johnny Plate menjelaskan hasil survei mengkonfirmasi elektabilitas pasangan calon Prabowo-Sandi rendah, belum bisa mencapai level 40 persen. "Sebaliknya, hasil agregat akhir survei Indikator mengkonfirmasi target menang kami pada persentase 60 persen sangat mungkin tercapai," ujarnya di Jakarta, Rabu (3/4).
(Baca: Cerita Jokowi Dicegat Warga Saat Kampanye di Sorong)
Dia pun menyorot hasil survei tentang demografi yang dilakukan lembaga survei tersebut. Fokus kampanye TKN Jokowi-Amin bakal lebih mengarah kepada beberapa aspek yang masih tertinggal dari capaian BPN Prabowo-Sandi, yaitu suku Batak dan masyarakat berpendidikan perguruan tinggi.
Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia, persentase pemilih Jokowi-Amin dari etnis Batak hanya 35,8 persen, sedangkan Prabowo-Sandi mampu menggaet 50 persen. Dari pemilih yang berlatar pendidikan perguruan tinggi, Jokowi-Amin cuma bisa puas dengan dukungan 36,3 persen dan Prabowo-Amin punya selisih jauh dengan capaian 58,9 persen.
(Baca: TKN Jokowi-Ma'ruf: Kami Ofensif dengan Data dan Fakta)
Namun, menurut Johnny, permainan isu dari kubu Prabowo-Sandi tentang harga pangan mahal, daya beli rendah, dan produktivitas anjlok sama sekali tidak efektif. Karena masyarakat berpendidikan SD-SMP-SMA yang disasar dari isu tersebut masih tetap banyak yang memilih Jokowi-Amin.
Hasil survei Indikator Politik menunjukkan tendensi kepada Jokowi untuk lulusan SD 61,6 persen, lulusan SMP 58,4 persen, dan lulusan SMA 53,3 persen. Sebaliknya, Prabowo hanya mendapatkan porsi alumni SD 29,6 persen, alumni SMP 32,0 persen, dan alumni SMA 41,9 persen.
Untuk kategori profesi masyarakat bawah seperti petani, buruh kasar, pekerja tak tetap, sopir atau pengemudi ojek, pedagang kaki lima (PKL), dan pengangguran memilih Jokowi dengan dukungan 60,9 persen dan suara kepada Prabowo hanya 31,4 persen. Tren yang sama juga terjadi pada pegawai PNS atau swasta, wiraswasta, guru atau dosen, serta profesional dengan perbandingan kecenderungan untuk Jokowi 50,6 persen dan Prabowo 40,4 persen.
(Baca: Tim Jokowi Optimistis Prabowo Sulit Kejar Elektabilitas dalam Sebulan)
Ibu rumah tangga juga menunjukkan keberpihakan kepada Jokowi sebesar 55,5 persen dan Prabowo hanya 38,9 persen. "Isu emak-emak juga lucu, buktinya mereka memilih kami, begitu juga dengan pekerja kelas bawah, yang berarti program Jokowi-JK telah berhasil," ujar Johnny.
Sebaliknya, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengungkapkan masih banyak faktor yang akan mempengaruhi hasil akhir pada pemilihan presiden dan wakil presiden tanggal 17 April nanti. Apalagi, masih banyak orang yang belum menentukan suara dan pemilih yang masih bisa mengambang.
(Baca: Kejar Elektabilitas, Prabowo-Sandiaga Bakal Gaet 'Undecided Voters')
Dia pun menyatakan BPN Prabowo-Sandiaga akan lebih sering turun ke daerah. Strategi ini akan menjadi kunci keberhasilan kampanye mereka. "Hasil masih bisa berubah dan harapan selalu ada, 14 hari ke depan semuanya bisa terjadi," kata Hinca.
Menurutnya, penyelenggaraan pemilihan umum bakal berhasil jika Komisi Pemilihan Umum (Pemilu) dan Bawan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) terus menarik masyarakat untuk memilih. Sehingga, orang-orang yang belum punya preferensi pilihan ikut serta dalam perhitungan akhir sehingga demokrasi lebih tergambar secara jelas.
(Baca: Amien Rais Kembali Ancam Turun Ke Jalan Apabila Pemilu Curang)