Nilai Tukar Petani Periode 2015-2019 Lebih Tinggi dibanding Sebelumnya
Besaran Nilai Tukar Petani NTP periode 2015-2019 selalu lebih tinggi dibandingkan dengan periode 2010-2014. Analisis perkembangan ini dilihat berdasarkan perhitungan NTP dengan menggunakan tahun dasar yang sama yaitu, 2007 (2007=100). Sebab, menyajikan dan membandingkan data NTP jika menggunakan tahun dasar yang berbeda, tidak akan mencerminkan perkembangan NTP yang sesungguhnya.
Pada tahun ke-1 nilai NTP Periode 2015-2019 lebih tinggi 5,1 persen dari periode 2010-2014, yaitu 106,92 berbanding 101,78. Pada tahun ke-2 lebih tinggi sekitar 2,3 persen, sedangkan pada tahun ke-3 dan ke-4, lebih tinggi masing-masing sebesar 1,3 persen dan 2,8 persen. Demikian juga pada tahun-5 dengan menggunakan data Januari 2019, nilai NTP periode 2015-2019 juga lebih tinggi 1,3 persen dibanding periode 2010-2014.
Semakin tinggi NTP, makin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Peningkatan daya beli petani ini tidak terlepas dari upaya pemerintah meningkatkan produksi dan mengendalikan harga di tingkat petani maupun konsumen. Pemerintah telah berupaya mengurangi disparitas antara harga di tingkat petani dan konsumen. Dalam konteks tersebut, petani untung karena produk yang mereka hasilkan dapat dibeli dengan harga tinggi, sekaligus bisa membeli kebutuhan-kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.
Kementerian Pertanian secara kontinyu memberikan insentif bagi petani, di antaranya melalui pemberian bantuan sarana produksi (saprodi) dan alat mesin pertanian. Sejumlah program terobosan yang dijalankan Kementan selama empat tahun dan berlanjut ke lima tahun, dirasakan sangat efektif dalam meningkatkan produksi pertanian yang hampir merata pada semua komoditas.
Strategi Peningkatan Nilai Tukar Pertanian
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi besaran nilai tukar petani. Pemerintah tampaknya fokus melakukan dua hal. Pertama, pada aspek hulu dan on-farm, yakni melakukan akselerasi peningkatan produksi dan kualitas produk. Strategi ini dilakukan dengan memberi kemudahan agro-input berupa subsidi pupuk, benih, dan berbagai bantuan.
Selain itu, secara intensif juga membangun infrastruktur irigasi dan lahan, mekanisasi untuk efisiensi produksi dan mutu hasil, pelatihan, penyuluhan, asuransi usaha tani dan lainnya. Kedua, pada aspek hilir. Pemerintah memperbaiki pengolahan hasil pertanian pengaturan tata niaga dan pengendalikan impor serta mendorong ekspor. Pengaturan tata niaga dengan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah atau beras, dan juga terdapatnya program Sergap (Serap Gabah Petani) oleh Bulog.
Berdasarkan fokus upaya di atas, biaya yang harus dikeluarkan petani untuk memenuhi ongkos produksinya cukup besar. Namun, dengan beragam program bantuan pemerintah untuk petani, ongkos produksi dapat ditekan. Subsidi pupuk dan penyaluran bibit gratis adalah beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk membantu petani menekan ongkos produksi.
Nilai tukar petani akan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan petani. Besarnya nilai NTP juga dapat memperlihatkan prospek sektor pertanian di Indonesia. Jika petani sejahtera, sektor pertanian akan semakin maju. Semakin maju sektor pertanian, maka swasembada pangan akan mudah tercapai, dan pada akhirnya akan bermuara pada terciptanya kesejahteraan petani nasional.
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di perdesaan sekaligus menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.