BUMN Disebut Terancam Bangkrut, Luhut: Intelektual Jangan Bohong
Pernyataan Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengenai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang satu demi satu terancam bangkrut kembali menuai kontroversi. Pemerintah menyebut pernyataan Prabowo tersebut terlalu dibesar-besarkan dan membohongi rakyat.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ada pihak-pihak yang kerap menyebarkan informasi bohong kepada masyarakat. Bahkan, dia menyebut ada senior dan intelektual yang kerap kali membohongi bangsanya sendiri.
Belum jelas siapa senior intelektual yang dimaksud Luhut. Namun, pernyataan ini dilontarkan Luhut saat menjawab pertanyaan awak media mengenai pernyataan Prabowo yang menyebutkan BUMN terancam bangkrut. "Saya lihat para senior, intelektual ini kok suka bohongin rakyatnya sih," kata Luhut saat Coffee Morning di kantornya, Jakarta, Senin (14/1).
Ia memastikan informasi mengenai BUMN yang bangkrut satu demi satu merupakan hal yang dibesar-besarkan. Meski demikian, Luhut mengakui masih ada BUMN yang belum efisien dan perlu perbaikan. Dia mengatakan, secara keseluruhan kondisi perusahaan pelat merah saat ini masih sehat. "Saya kira dibesar-besarkan," kata Luhut.
(Baca: Prabowo Sebut RI Bisa Punah, Menteri Luhut Minta Jangan Asal Bicara)
Luhut kembali menantang pihak-pihak itu untuk datang kepadanya dengan membawa data. Menurutnya hal itu bukan bentuk kesombongan tapi bentuk pendidikan kepada masyarakat agar menyampaikan sesuatu apa adanya saja dengan ksatria. "Jangan berbohong, data itu jangan dimanipulasi. Saya tidak suka itu," ujar dia.
Persoalan BUMN yang terancam bangkrut disampaikan Prabowo saat konsolidasi koordinator Tempat Pemungutan Suara (TPS) se-DKI Jakarta, Minggu (13/1). Calon presiden nomor urut 02 itu bahkan meminta masyarakat menanyakan langsung hal tersebut kepada tiga BUMN, yakni PT Pertamina (Persero), PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero), hingga PT Garuda Indonesia Tbk. "Tanya saja Garuda, tanya Pertamina, tanya PLN," kata Prabowo.
Berdasarkan laporan keuangan, Pertamina hingga kuartal III 2018 masih mencatat laba bersih sebesar Rp 5 triliun. Meski demikian, angka tersebut menunjukkan penurunan 85,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. PLN hingga kuartal III 2018 juga membukukan laba sebelum kurs sebesar Rp 9,6 triliun, meningkat 13,3% dibandingkan dengan kuartal III 2017 sebesar Rp 8,5 triliun.
Garuda Indonesia menjadi satu-satunya BUMN yang merugi di antara ketiga BUMN yang disebut Prabowo. Per 30 September 2018, Garuda mencatat rugi bersih sebesar US$ 110,23 juta atau sekitar Rp 1,54 triliun. Namun, angka kerugian ini turun signifikan 50,3% dibandingkan periode yang sama 2017 yang merugi sebesar US$ 221,9 juta atau sekitar Rp 3,11 triliun.
(Baca: Efek Kampanye Hiperbola Prabowo-Sandiaga terhadap Demokrasi)