Penggunaan Internet untuk Mencari Berita Politik Naik 3 Kali Lipat
Penggunaan internet sebagai medium pencarian berita politik oleh masyarakat meningkat lebih dari tiga kali lipat dalam empat tahun terakhir. Survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan internet kini menjadi media kedua yang paling banyak digunakan masyarakat setelah televisi.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, saat ini ada 22% responden yang setiap hari mengikuti berita politik dari internet. Penggunaan internet ini menyusul posisi media massa televisi yang sebesar 42%. Sementara, masyarakat yang mencari berita politik melalui koran dan radio masing-masing sebesar 2%.
"Kalau Anda lihat paling banyak pemilih kita mengikuti berita politik melalui televisi, yang menarik di posisi kedua mereka mengikuti berita politik melalui internet," kata Burhanuddin di kantornya, Jakarta, Selasa (8/1).
Persentase masyarakat yang menggunakan internet untuk mencari berita politik naik lebih dari tiga kali lipat dalam empat tahun terakhir. Pada Maret 2014, jumlah responden yang menggunakan internet untuk mencari berita politik hanya sebanyak 7%.
"Ada kenaikan eksponensial (responden) yang mengikuti berita politik melalui internet. Sementara, media lain itu trennya turun," kata Burhanuddin.
Penggunaan televisi untuk mencari berita politik turun 18% dibandingkan dengan hasil survei pada Maret 2014. Empat tahun lalu, televisi digunakan untuk mencari berita politik oleh 60% responden. Penggunaan koran turun dari 7% pada 2014 menjadi 5%. Sementara, penggunaan radio turun dari 5% menjadi 3%.
Indikator Politik mengadakan survei pada 16-26 Desember 2018 dengan melibatkan 1.220 responden di Indonesia. Survei Indikator Politik dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Tingkat kesalahan alias margin of error dalam survei ini sebesar +/- 2,9% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Kontrol kualitas dilakukan terhadap 20% sampel yang ada.
(Baca: LIPI: 60% Anak Muda Akses Berita Politik Lewat Media Sosial)
Media Sosial dan Pemilih Muda
Survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebelumnya menunjukkan 60,6% generasi Z atau anak muda kelahiran 1995-2005 mengakses berita terkait politik melalui media sosial. Peneliti Pusat Penelitian Politik LIPI Wawan Ichwanuddin mengatakan, partai politik yang bisa menguasai konten melalui media sosial berpotensi besar untuk menang.
"Bayangkan, 30 juta pemilih pemula kalau bisa digaet itu besar pengaruhnya pada saat Pemilihan Umum (Pemilu)," ujar Wawan dalam diskusi 'Peran Media Sodial Bagi Pemilih Pemula' di kantornya, Jakarta, Rabu (18/7).
Angka itu mengacu dari proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa jumlah penduduk generasi Z sebanyak 66,94 juta pada 2018. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30 juta di antaranya menjadi pemilih pemula pada Pemilu dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Sebanyak 60,6% pemilih pemula yang mengakses berita politik melalui internet terbagi dalam tiga kategori intensitas. Sebanyak 36% mengakses berita politik melalui internet, namun jarang. Sebanyak 22,3% sering mengakses berita politik melalui media sosial dan sisanya 2,3% sangat sering.
Untuk itu, pemerintah harus mampu mengatasi peredaran kabar bohong (hoaks) di media sosial. Pasalnya, 16,8% pemilih pemula sering berdiskusi mengenai politik melalui media sosial ataupun secara langsung. Persentase itu lebih tinggi dibanding pemilih usia di atas 24 tahun yang sering berdiskusi politik, yakni 15,1%.
(Baca: Kampanye di Media Sosial Didominasi Isu Demokrasi, HAM, dan Ekonomi)