Bekraf Sasar Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif 6,25% Tahun Ini

Dini Hariyanti
12 Oktober 2018, 10:52
Paviliun BUMN
ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Jefri Tarigan
Menteri BUMN Republik Indonesia Rini Soemarno (kiri) bersama Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf (kanan) memakai topeng yang diukir oleh seniman Bali usai meresmikan Paviliun Indonesia pada rangkaian Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10). Paviliun Indonesia memamerkan kebudayaan Indonesia kepada seluruh peserta Pertemuan Tahunan IMF-World Bank Group 2018 mulai dari pameran Seni & kerajinan, pameran infrastruktur dan stan pariwisata Indonesia.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif pada tahun ini ditargetkan 6,25%. Realisasi angka ini ditentukan oleh jumlah unit perusahaan di bidang ekonomi kreatif serta besaran nilai tambah yang diperoleh masing-masing dari mereka.

Berdasarkan data yang dihimpun Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa PDB ekonomi kreatif pada 2015 sebesar Rp 852 triliun. Nilai ini menunjukkan pertumbuhan 4,38%.

Terdapat tiga subsektor ekonomi kreatif dengan sumbangsih terbesar terhadap PDB di bidang ini, yaitu kuliner 41,69%, fesyen 18,15%, dan kriya 15,70%. Secara total terdapat 16 subsektor yang berkontribusi terhadap ekonomi kreatif.

(Baca juga: Tak Punya Badan Hukum, Pebisnis Kreatif Kian Sulit Akses Kredit)

Direktur Riset dan Pengembangan Bekraf Wawan Rusiawan mengatakan, untuk memprediksi realisasi pertumbuhan PDB ekonomi kreatif tahun ini tidaklah mudah. Alasannya, belum keluar data terbaru terkait perkembangan ekonomi kreatif (ekraf) pada 2017.

Rencana strategi yang disusun Bekraf menyebutkan, pada 2019 PDB ekraf ditargetkan 6,75%. Jumlah perusahaan secara keseluruhan harus tumbuh 2,5% dari 2015 ke 2019. Nilai tambah per perusahaan rerata juga naik dari Rp 160 juta (2015) menjadi Rp 220 juta (2019).

"Untuk memprediksi pertumbuhan jumlah perusahaan tahun ini tidak mudah karena belum ada data seputar ekraf pada 2017," kata Wawan kepada Katadata.co.id, Jumat (12/10).

Wawan menjelaskan bahwa data terakhir per pengujung 2016 mencatat terdapat 8,2 juta unit usaha, sedangkan nilai tambah masing-masing perusahaan sekitar Rp 112 juta. Bekraf menyadari bahwa untuk memacu jumlah dan nilai tambah perusahaan di bidang ekraf dibutuhkan ekosistem yang baik.

Pembangunan ekosistem ekraf menjadi inti dari program pengembangan sektor ini. Upaya pengembangan yang dijalankan harus menghasilkan tiga hal, yaitu peningkatan jumlah perusahaan, menaikkan nilai tambah per perusahaan, serta memperkuat branding produk kreatif Indonesia di kancah global.

(Baca juga: Bekraf Minta Pemda Longgarkan Pajak untuk Ekonomi Kreatif

Wawan menuturkan, bisnis yang dijalankan perusahaan rintisan atau startup di bidang ekonomi kreatif tergolong cepat berkembang. Sayang, banyak dari mereka akhirnya tumbang dalam waktu tiga tahun sejak awal berdiri.

"Proyeksi terhadap pertumbuhan ekraf agar dapat mendekati, atau semoga bisa melewati, pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,1% sampai 5,2%," kata dia.

CEO iGrow Andreas Sanjaya membenarkan penilaian Bekraf. Dia berkomentar lebih spesifik terkait startup aplikasi bahwa subsektor ini tergolong berisiko tinggi. Hanya satu berbanding sepuluh perusahaan rintis yang berhasil mempertahankan bisnis.

“SDM yang akan dievaluasi. Mereka (harus memiliki) kemampuan untuk bisa struggle, tangguh dan tanpa menyerah dalam perjalanan," ujarnya mengutip keterangan resmi Bekraf.

Guna mencapai sasaran pembangunan yang ditetapkan Bekraf maka kebijakan yang dibuat harus memfasilitasi pelaku ekraf di sepanjang rantai nilai. Dengan kata lain, pengawalan dimulai sejak tahap kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, sampai dengan konservasi.

(Baca juga: Bekraf Tawarkan 5 Produk Kreatif untuk Dipasarkan di Alibaba)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...