Dibandingkan SBY, Peluang Jokowi Menang Sebagai Petahana Lebih Besar
Elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin semakin unggul atas pesaingnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dalam pemilihan presiden tahun depan (Pilpres 2019). Setidaknya, hal tersebut terlihat dari hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).
Pada Minggu (8/10) kemarin, lembaga tersebut merilis elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mencapai 60,4 persen pada September 2018. Angka ini lebih besar 30,6 persen dari perolehan suara yang dimiliki Prabowo-Sandiaga sebesar 29,8 persen.
(Baca juga: Jokowi dan Prabowo Belum Cukup Aman Jadi Presiden yang Kuat)
Secara personal, Jokowi memiliki elektabilitas 60,2 persen. Sementara perolehan suara Prabowo sebesar 28,7 persen. “Bila pemilihan presiden diadakan sekarang, Jokowi unggul atas Prabowo Subianto,” kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan di kantornya, Jakarta.
Menurut dia, tren elektabilitas Jokowi cenderung meningkat dibandingkan periode survei sebelumnya pada Mei 2018. Ketika itu, tingkat keterpilihan Jokowi baru 57,2 persen. Kondisi sebaliknya dialami Prabowo. Calon presiden nomor urut 02 itu pada survei Mei 2018 memiliki perolehan suara cukup tinggi di 33,2 dan kini 28,7 persen.
(Baca juga: Kebohongan Ratna Sarumpaet Bakal Pangkas Elektabilitas Prabowo-Sandi).
Atas hasil survei ini, Djayadi menilai peluang Jokowi terpilih kembali semakin besar. Sebab jika dibandingkan dengan elektabilitas Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2009, tren perolehan suara Jokowi justru lebih kuat sebagai petahana.
Dalam simulasi dua nama, elektabilitas SBY pada survei September 2008 sebesar 48,6 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pesaingnya, Megawati Soekarnoputri yang memperoleh suara sebesar 35,8 persen.
Meski demikian, elektabilitas SBY ketika itu lebih kecil dibandingkan survei Mei 2008. Keterpilihan SBY menurun 5,1 persen dari sebesar 53,7 persen pada survei empat bulan sebelumnya.
“Tren elektabilitas Jokowi sebagai petahana menjelang 2019 lebih baik dari tren elektabilitas SBY menjelang 2009. SBY menang, dan peluang Jokowi untuk menang lebih baik,” kata Djayadi. (Baca pula: Menakar Lobi Personal Sandiaga di Tengah Kekosongan Tim Kampanye).
SMRC mengadakan survei pada 7-14 September 2018 dengan melibatkan 1.220 responden di Indonesia. Dari jumlah tersebut, responden yang dapat diwawancarai secara valid sebesar 1074 orang atau 88 persen.
Survei SMRC dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Ada pun, tingkat kesalahan alias margin of error dalam survei ini sebesar +/- 3,05 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.