JK: Ada Kekhawatiran Terjadi Teror saat Asian Games
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai rentetan aksi terorisme yang terjadi beberapa hari belakangan berpotensi berdampak pada penyelenggaraan Asian Games mulai Agustus 2018. Aksi teror tersebut dinilai dapat menimbulkan kekhawatiran para peserta yang berasal dari berbagai negara.
Padahal, tempat pelaksanaan Asian Games bukanlah kota yang terkait serangan teror, yakni Depok dan Surabaya. "Asian Games di Jakarta-Palembang, (teror) yang terjadinya ya ada di Depok dan Surabaya, tapi kadang-kadang orang asing tidak tahu membedakannya itu," kata JK di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta, Selasa (15/5).
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menyatakan ada kekhawatiran dari negara lain akibat terjadinya insiden teror beberapa waktu lalu. Namun, Imam menilai hal tersebut lantaran adanya keterbatasan informasi.
Imam meyakini jika Asian Games 2018 tetap akan berlangsung kondusif. Imam mengatakan, standar keamanan internasional akan diterapkan ketika Asian Games berlangsung, baik bagi atlet, official, wartawan, maupun pengunjung.
"Tentu standar itu akan diterapkan. Itu bukan karena soal (insiden teror) kemarin, tapi murni standar keamanan yang telah ditetapkan Olympic Council of Asia (OCA) dan International Olympic Commitee (IOC)," kata Imam.
(Baca juga: Moeldoko: Pembahasan RUU Terorisme Bisa Selesai Sebelum Asian Games)
Imam pun telah meminta kepada Inasgoc, OCA, IOC, dan Asian Paralympic Commitee (APC) untuk menyampaikan kepada negara lain bahwa kondisi Indonesia tetap terkendali dan aman. Menurutnya, aparat keamanan terus melakukan konsolidasi.
"Kita harus yakin bahwa Asian Games, Asian Paragames tetap berjalan dalam kondisi apapun," kata Imam.
Menurut Imam, seluruh elemen bangsa Indonesia perlu ikut serta untuk membantu pemerintah menyukseskan Asian Games 2018. Hal yang sama juga disampaikan JK. Menurutnya, segenap elemen bangsa Indonesia perlu mengatasi masalah terorisme ini bersama-sama.
JK mengatakan, dibutuhkan kesiapan dan juga tindakan tegas dari polisi dan TNI untuk mencegah terjadinya terorisme di Indonesia. Selain itu, dibutuhkan juga informasi dari masyarakat untuk bisa menghentikan atau mengawasi tindak tanduk para teroris.
Menurut JK, masyarakat perlu ikut berkontribusi membantu pemerintah karena aksi teroris juga berdampak kepada seluruh elemen bangsa. Pemerintah, polisi, dan TNI pun tak bisa mengawasi seluruh Indonesia tanpa bantuan dari masyarakat.
"Ini semua hanya (bisa diatasi) apabila ada kerjasama daripada kita semua," kata JK.
(Baca juga: Terduga Pelaku Bom Surabaya Suami-Istri dengan 4 Anak & Pendukung ISIS)
Sejak terjadi kerusuhan narapidana terorisme di Markas Korps Brimob Kelapa Dua, Depok pada Selasa (8/5) yang membuat lima anggota polisi meninggal dunia, terjadi rentetan serangan teror. Lima serangan bom bunuh diri berturut-turut terjadi di Jawa Timur. Pada Minggu (13/5) terjadi tiga ledakan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya. Pada hari yang sama sebuah ledakan bom terjadi di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo.
Kemudian pada Senin (14/5), terjadi aksi bom bunuh diri dengan menggunakan dua sepeda motor di Markas Polrestabes Surabaya. Ledakan bom di berbagai lokasi ini menyebabkan 12 warga sipil tewas dan 41 orang menderita luka.