Barito Pacific Targetkan Kontribusi Laba 50% dari Star Energy
PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menargetkan Star Energy Group Holdings Pte Ltd dapat berkontribusi 50% terhadap laba usaha (EBITDA) perusahaan mulai 2019. Kinerja Star Energy akan dikonsolidasikan ke laporan keuangan perusahaan mulai kuartal III 2018.
Direktur Utama Barito Pacific Agus Salim Pangestu mengatakan, perusahaan akan menuntaskan akuisisi Star Energy pada 26 Juni 2018. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Barito Pacific telah merestui rencana perusahaan menambah modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue untuk mendanai akuisisi 66,67% saham Star Energy yang dimiliki oleh Prajogo Pangestu. Barito akan menerbitkan maksimal 5,6 miliar saham baru dengan target dana US$ 1 miliar. Dana hasil rights issue sebesar US$ 755 juta akan digunakan untuk membayar akuisisi tersebut sedangkan sisanya digunakan untuk mendukung bisnis perusahaan.
Akuisisi Star Energy merupakan strategi perusahaan untuk mengembangkan bisnis di sektor energi terbarukan. Agus mengatakan, masuknya Star Energy ke dalam konsolidasi bisnis Grup Barito akan membuat struktur perseroan semakin lengkap. "Barito Pacific akan menjadi kelompok usaha berbasis energi panas bumi dan petrokimia yang terintegrasi dan terbesar di Indonesia. Ke depannya, kontribusi Star Energy dan Chandra Asri terhadap EBITDA akan berimbang 50:50," kata Agus.
(Baca: Perusahaan Prajogo Beli Aset Chevron di Indonesia dan Filipina)
Berdasarkan laporan keuangan Barito per 31 Desember 2017, perseroan membukukan pendapatan US$ 2,45 miliar, meningkat 25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) memberikan kontribusi 98,77% terhadap pendapatan perusahaan atau sebesar US$ 2,42 miliar. Adapun EBITDA Barito mencapai US$ 550 juta, naik 7,8% dibandingkan dengan 2016.
Minat Investor Asing
Barito telah menjajaki minat investor strategis untuk membeli saham baru perseroan melalui anchor roadshow yang dilakukan beberapa waktu lalu. Agus mengatakan, respons calon investor dari dalam maupun luar negeri terhadap saham yang ditawarkan cukup bagus. "Kami lakukan anchor roadshow ke Singapura, Hong Kong, Jepang, dan Amerika Serikat (AS). Calon investornya sudah ada tetapi masih rahasia," ujar Agus. Investor strategis tersebut diharapkan akan menjadi pembeli siaga atas porsi saham baru milik pemegang saham publik yang tidak dieksekusi.
Hingga saat ini Barito belum menentukan harga saham baru yang akan dilepas dalam aksi korporasi tersebut. Dalam tiga bulan terakhir, harga rata-rata saham emiten berkode BRPT ini mencapai Rp 2.431 per saham. Pada penutupan perdagangan saham Rabu (11/4), harga saham BRPT menguat 2,07% menjadi Rp 2.460 per saham.
Star Energy merupakan perusahaan investasi di bidang energi terbarukan panas bumi (geothermal) yang memiliki tiga wilayah kerja panasbumi (WKP), yakni Wayang Windu, Derajat, dan Salak. Kapasitas pembangkit listrik tenaga panasbumi (PLTP) Star Energy saat ini mencapai 875 MW. Pada 2022, kapasitas PLTP dari ketiga wilayah tersebut ditargetkan mencapai 1.200 MW.
(Baca: RUPTL 2018-2027 Disetujui, Jonan Pangkas Jumlah Pembangkit Listrik)
Ekspansi bisnis Barito di sektor energi juga dilakukan lewat pembentukan perusahaan patungan dengan PT Indonesia Power yang bernama PT Indo Raya Tenaga. Anak usaha tersebut bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Direktur Barito Pacific Andry Setiawan mengatakan, perusahaan melalui PT Barito Wahana Lestari memiliki 49% saham di Indo Raya Tenaga sedangkan Indonesia Power memiliki 51%.
Indo Raya Tenaga akan membangun pembangkit listrik Jawa 9 dan Jawa 19 dengan kapasitas 2x1.000 MW. Pembangkit listrik tersebut akan memasok listrik untuk Jawa Barat dan sekitarnya.