Alasan Jokowi ke Kafe Lokal di Tengah Seruan Boikot Starbucks
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengisi akhir pekan dengan acara ngopi bersama keluarga. Kafe yang dipilihnya adalah “Toko Kopi Tuku” di Jalan Cipete Raya, Blok B, Jakarta Selatan.
Jokowi pun mengabadikan kunjungan ini melalui sebuah vlog. Dalam video itu, Jokowi dan Ibu Negara Iriana tampak kompak berkemeja putih. Sementara, Kahiyang mengenakan kemeja biru muda dan Kaesang mengenakan kaus hitam.
Di kafe milik Andanu Prasetyo itu, Jokowi memesan “Kopi Susu Tetangga” seharga Rp 18 ribu. “Saya sangat menghargai sekali keberanian anak-anak muda dalam membuka usaha, mengangkat brand lokal, brand nasional, yang tak kalah dengan brand-brand internasional,” tuturnya, Ahad (3/7).
(Baca juga: Janji Rekrut Pengungsi untuk Lawan Trump, Starbucks Terancam Boikot)
Video berdurasi 2 menit 9 detik unggahan Jokowi itu telah ditonton lebih dari 44 ribu pengguna Youtube dalam waktu 24 jam. Ada lebih dari 3 ribu pengguna menyukainya, sementara yang memberi nilai negatif hanya 25 akun.
Tak ada yang salah dengan upaya Presiden mempromosikan kafe lokal. Hanya, momennya hampir bersamaan dengan seruan boikot Starbucks. Apakah Jokowi sengaja?
“Tidak ada hubungan dengan boikot terhadap Starbucks,” kata Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki di Binagraha, Jakarta, Senin (3/7).
(Baca juga: Jokowi: Pengusaha Waralaba Bisa Lebih Kaya dari Saya)
Menurut Teten, kunjungan Jokowi semata ingin mempromosikan usaha kecil yang berani mengusung merek lokal. “Menurut Pak Presiden, ini sebenarnya potensi ekonomi nasional yang besar. Pasti warung-warung kopi ini banyak karena kita punya speciality coffee yang sangat beragam dari mulai Aceh sampai Papua,” ujarnya.
Sebelumnya, seruan boikot Starbucks datang dari Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Seruan boikot ini merupakan respons dari pernyataan CEO Starbucks Howard Schultz yang mendukung pernikahan sesama jenis.
"Sudah saatnya pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk mencabut izin Starbucks di Indonesia karena ideologi bisnis dan pandangan hidup yang mereka dukung dan kembangkan jelas-jelas tidak sesuai dan sejalan dengan ideologi bangsa kita yaitu Pancasila," ujar Ketua Bidang Ekonomi PP Muhammadiyah, Anwar Abbas dalam keterangannya, Jumat (30/6) lalu.
(Baca juga: Howard Schultz Mundur sebagai CEO, Saham Starbucks Merosot 10 Persen)
Sementara Ketua Komisi Ekonomi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Azrul Tanjung menganggap pernyataan Schultz akan berdampak buruk pada keberadaan Starbucks di Indonesia. Sebab menurutnya, Indonesia merupakan negara yang berpenduduk mayoritas muslim dan menentang pernikahan sejenis.
Jika aksi boikot Starbucks akibat pernyataan tersebut meluas, menurutnya konsumen muslim akan enggan mampir ke Starbucks. "Bisa dipastikan Starbucks akan bangkrut dan hengkang dari Indonesia," kata Azrul.