Shell Temui Jokowi Bahas Nasib Investasi Blok Masela
(Pembaruan: Paragraf 6 ada penambahan penjelasan lengkap dari manajemen Shell)
Petinggi Royal Dutch Shell Plc bersama rombongan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dijadwalkan akan menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/11) siang ini. Selain membahas rencana investasi di Indonesia, perusahaan energi asal Belanda ini ingin membicarakan nasib pengembangan Blok Masela.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata, Shell sebagai salah satu pemilik hak kelola Blok Masela, akan mempertanyakan komitmen pemerintah dalam menjamin investasi di blok kaya gas di Laut Arafura tersebut. “Ada pembicaraan soal Masela juga dengan Presiden,” kata sumber Katadata, Selasa (22/11). (Baca: Revisi Blok Masela Dianggap Buat Investasi Migas Tak Pasti)
Penyebabnya, Shell mendapat informasi bahwa porsi hak kelolanya di Blok Masela menyusut gara-gara perubahan pengembangan blok itu menjadi skema di darat (onshore). “Shell akan mempertanyakan masalah itu,” katanya.
Sekadar informasi, Shell memiliki 35 persen hak kelola Blok Masela. Sedangkan perusahaan asal Jepang Inpex Corporation memiliki 65 persen hak kelola dan menjadi operator blok tersebut. Awalnya, Blok Masela menggunakan skema pengolahan di laut (Floating LNG) dengan teknologi yang diusung Shell.
Namun, belakangan, Jokowi memutuskan pengembangan skema Blok Masela di darat dengan mempertimbangkan manfaat efek berantai dari proyek tersebut. Keputusan itu disokong oleh Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar. Namun, Arcandra membantah adanya pengurangan porsi hak kelola Shell. “Tidak benar,” katanya kepada Katadata, Selasa (22/11) malam.
(Baca: Pemerintah Targetkan Pengembangan Blok Masela Mulai 2019)
Sementara itu, External Relations Manager Shell Indonesia Haviez Gautama menjelaskan, Shell bersama Inpex selaku operator, tetap berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia. "Dalam hal memastikan 'investible project' untuk pengembangan lapangan gas Abadi dan komunikasi terus berjalan secara intens," kata dia.
Sedangkan manajemen Inpex menegaskan komitmen kemitraannya dengan Shell, meski tidak secara terang mengkonfirmasi perihal penurunan porsi hak kelola Shell di Blok Masela. Juru Bicara Inpex Usman Slamet mengatakan, pihaknya dengan Shell sudah melewati semua perjalanan panjang untuk membuat Proyek Masela menjadi sebuah proyek sukses. “Kami percaya bersama-sama untuk sukses,” kata dia kepada Katadata.
Usman menambahkan, saat ini sudah terlihat kemajuan cukup nyata dari pembicaraan dengan pemerintah mengenai pengembangan Blok Masela. Inpex sangat berharap mendapatkan keputusan positif mengenai kelangsungan proyek tersebut.
Agar dapat melanjutkan Proyek Masela dengan skema darat, Inpex sempat mengajukan beberapa permintaan. Pertama, meningkatkan kapasitas produksi menjadi 9,5 mtpa. Tujuannya agar Internal Rate of Return atau tingkat pengembalian investasi mencapai 15 persen. (Baca: Kementerian Energi Akan Restui Kenaikan Produksi Blok Masela)
Kedua, moratorium kontrak selama 10 tahun. Artinya, kontrak yang akan berakhir 2028 ini akan mundur menjadi 2038. Ketiga, meminta penggantian biaya yang sudah dikeluarkan selama ini sebesar US$ 1,2 miliar. Namun, belakangan, sebagian besar permintaan tersebut tidak bisa dikabulkan oleh pemerintah.