Revisi Blok Masela Dianggap Buat Investasi Migas Tak Pasti

Anggita Rezki Amelia
4 November 2016, 15:15
Rig Minyak
Katadata

Rendahnya minat investasi sektor minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia saat ini menjadi sorotan. Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menilai, penyebabnya bukan semata anjloknya harga minyak dunia.

Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi ini mengatakan, penyebab rendahnya minat investasi adalah ketidakpastian bagi para pemodal. Investor yang ingin masuk menganggap Indonesia memiliki risiko yang tinggi. "Jadi bukan karena iklim migas dunianya rendah, tapi Indonesia ada masalah," kata dia di Jakarta, Kamis (3/11).

(Baca: Perusahaan Migas Non-Konvensional Ancam Hengkang Dari Indonesia)

Salah satu contohnya adalah campur tangan pemerintah dalam proyek pengembangan Lapangan Gas Abadi di Blok Masela. Inpex Corporation selaku operator blok itu, semula sudah mendapat persetujuan skema pengembangan dengan membangun kilang gas di laut pada 2010. Namun, karena ada temuan cadangan baru, mereka mengajukan revisi untuk menambah kapasitas dari 2,5 juta ton per tahun (mtpa) ke 7,5 mtpa.

Namun, pengajuan revisi rencana tersebut ditolak pemerintah. Bukan hanya itu, Presiden Joko Widodo juga memutuskan mengganti skema dengan membangun kilang gas di darat. "Berdasarkan ucapan lisan Presiden lewat konferensi pers diubah menjadi onshore, mampus saya (kalau jadi investor)," ujar Faisal.

Untuk itu, Inpex mengkaji lagi skema darat tersebut. Juru Bicara Inpex Usman Slamet mengatakan pihaknya masih berkomunikasi dengan pemerintah untuk mendapatkan kemudahan. "Mudah-mudahan segera mendapatkan kepastian," kata Usman kepada Katadata, Kamis (3/11).

(Baca: Pemerintah Targetkan Pengembangan Blok Masela Mulai 2019)

Selain migas, ketidakpastian investasi juga terjadi di sektor listrik. Salah satunya adalah tender pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa 5. Proses lelang yang sudah berjalan dan tinggal tersisa dua peserta, tiba-tiba belakangan dibatalkan tanpa alasan jelas. Setelah itu anak usaha PLN, yakni Indonesia Power, ditunjuk untuk menggarap proyek pembangkit tersebut.

Tidak hanya itu, Faisal juga menganggap pembangunan infrastruktur yang tidak fokus membuat minat investor rendah. Ada juga permasalahan mengenai bagi-bagi kuota impor dan keberadaan trader atau badan usaha di sektor gas yang hanya bermodal kertas.

Faisal mengatakan, upaya pemerintah menerbitkan paket deregulasi yang hingga mencapai 14 kebijakan paket ekonomi sudah bagus. Namun, upaya tersebut belum berpengaruh signifikan terhadap investasi.  (Baca: Investasi Hulu Migas Semester I-2016 Turun 27 Persen)

Apalagi, investasi asing di Indonesia makin menurun. Tren pada tahun 2014 capaiannya sebesar US$ 20,9 miliar, namun turun pada 2015 menjadi US$ 15,5 miliar. Sementara di semester pertama tahun ini, realisasinya baru mencapai US$ 6 miliar. "Jadi kalau tidak ada kepastian, apa gunanya mempermudah  segala macam," kata Faisal.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...