Penguatan Pasokan Picu Penurunan Harga Minyak Pekan Ini
Mengawali pekan ini harga minyak dunia mulai mengalami penurunan, setelah sebelumnya reli sejak awal bulan. Hal ini menyusul keraguan para analis akan keberhasilan pertemuan OPEC mendatang untuk mengendalikan pasokan emas hitam tersebut di dunia.
Harga minyak acuan Brent diperkirakan akan kembali turun di bawah US$ 50 per barel. Ini terjadi akibat menguat pasokan minyak dunia hingga lebih dari 20 persen pada bulan ini. “Pada kenyataannya, tidak ada pembeli baru dalam beberapa bulan terakhir,” kata Morgan Stanley seperti dilansir Reuters, Senin (22/8).
Bank yang berkantor pusat di Amerika Serikat itu memprediksi pertemuan OPEC kemungkinan tidak akan berujung pada kesepakatan apa pun. Pasalnya banyak tantangan yang harus dihadapi industri migas dalam bidang logistik.
Selain itu, melonjaknya ekspor produk minyak dari Cina juga ikut menekan harga. Kondisi ini bisa dilihat dari membludaknya pasokan bahan bakar minyak (BBM) global. (Baca: Minyak Mentah Dunia Kembali Tembus US$ 50)
Bulan lalu ekspor BBM jenis Solar dan Bensin RON 88 (setara Premium) dari Cina mengalami peningkatan, masing-masing 181,8 persen dan 145,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Volumenya ekspornya mencapai 1,53 juta ton untuk solar, dan 970 ribu ton bensin RON 88.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah Brent hari ini berada pada posisi US$ 49,58 per barel. Turun 2,5 persen dibandingkan perdagangan akhir pekan lalu. Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 2,1 persen menjadi US$ 47,50 per barel.
Sejak awal bulan hingga akhir pekan lalu, harga minyak Brent terus bergerak naik dengan peningkatan hingga 18,2 persen. Sementara kenaikan harga minyak WTI sudah mencapai 21 persen. (Baca: Harga Minyak Indonesia Akan Mengacu Brent)
Para analis meragukan kelangsungan reli harga yang terjadi pada bulan Agustus ini. Mereka berpendapat tren tersebut hanya bersifat sementara. Kenaikannya hanya sebagai respons terhadap rencana pertemuan OPEC untuk mengatasi kelebihan pasokan minyak dunia.
Rencananya anggota organisasi pengekspor minyak (OPEC) serta negara-negara penghasil minyak lainnya seperti Rusia, akan mengadakan pertemuan pada September mendatang. Pertemuan ini akan membahas rencana penghentian produksi sementara untuk mengatasi berlebihnya pasokan minyak dunia.
Sejumlah analis memperkirakan pertemuan tersebut tidak akan menghasilkan apa-apa. Perseteruan antara Arab Saudi dan Iran dinilai akan menghambat tercapainya kesepakatan.
Riset Barclay menyatakan reli harga hingga 20 persen yang terjadi pada Agustus ini tidak akan berlangsung lama. Begitu pula dengan harga minyak yang sempat menyentuh US$ 50 per barel. Hal ini disebabkan oleh masih berlebihnya pasokan dan keterbatasan tempat penyimpanan.
“Harga minyak kemungkinan akan kembali turun dalam beberapa pekan mendatang, menurut pandangan kami, sebelum mencapai titik stabil pada kisaran US$ 50 di kuartal keempat,” kata Barclay.
Prediksi ini mengacu pada asumsi bahwa pasokan minyak dunia akan kembali melimpah, terutama dari Amerika Serikat. Dalam 10 pekan terakhir, aktivitas produksi rig-rig di Amerika terus meningkat. Sejak Mei lalu, jumlah rig yang aktif bertambah 28 persen menjadi 406. (Baca: Mendapat Tekanan, Target Harga Minyak dan Lifting 2017 Turun)