Harga Minyak Rendah, Proyek Jangkrik Berjalan Sesuai Jadwal
KATADATA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan proyek Jangkrik akan mulai beroperasi tahun depan. Proyek laut dalam (deep water) ini merupakan salah satu proyek migas terbesar di Indonesia, selain IDD Chevron dan Blok Masela.
Kepala Humas SKK Migas Elan Biantoro mengatakan sejauh ini proyek gas Lapangan Jangkrik di blok Muara Bakau berjalan sesuai jadwal yang direncanakan ENI, sebagai operator. Proyek ini tidak mengalami kendala besar, meski dalam kondisi harga minyak yang sedang rendah saat ini.
"Mereka (ENI) selalu update proyek mereka setiap bulan, tapi saya lupa angkanya berapa," ujar Elan kepada Katadata, Kamis (25/2). (Baca: Harga Minyak Anjlok, Chevron Tunda Dua Lapangan Proyek IDD)
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja juga menyatakan proyek Jangkrik masih tetap berjalan. Saat ini perkembangan pengerjaan proyek tersebut sudah mencapai 65 persen secara keseluruhan.
Saat ini pembangunannya sudah mulai konstruksi pembangunan fasilitas produksi terapung. Bagian atas produksinya dibuat di Tanjung Balai Karimun. Rencananya hari ini Wiratmaja akan mengecek langsung perkembangan fasilitas produksi tersebut. "Untuk pengolahan dan penampungan migas terapungnya (FPSO) lagi dibuat di Korea," ujar Wiratmaja.
Proyek Jangkrik ini dibagi dalam tiga pekerjaan utama, yakni EPCI 1 yang mencakup rekayasa, pengadaan, konstruksi, dan instalasi (EPC) unit fasilitas produksi terapung (floating production unit/FPU); EPCI 2 mencakup instalasi fasilitas penerima (receiving facility installation/ RFI); serta sistem produksi lepas pantai (subsea production system/SPS).
Proyek ini merupakan salah satu proyek gas besar setelah Masela, proyek IDD chevron dan kilang gas LNG tangguh di Papua. Total investasi untuk proyek ini mencapai US$ 4 miliar. Untuk lapangan Jangkrik sebesar US$ 2,8 milliar, dan Lapangan Jangkrik North East sebesar US$ 1,2 miliar.
Proyek Jangkrik berlokasi di Blok Muara Bakau, Selat Makassar, sekitar 100 kilometer di timur Balikpapan. Proyek ini mencakup dua lapangan yakni Lapangan Jangkrik dan Lapangan Jangkrik North East. Dua lapangan ini berada pada kedalaman 400 meter di bawah permukaan laut. Dua lapangan ini merupakan salah satu proyek gas laut dalam pertama di Indonesia.
Setelah berproduksi, proyek ini bisa menghasilkan 400 juta kaki kubik gas (MMSCFD) dan bisa mencapai puncak 450 MMSCFD selama enam tahun. Sedangkan produksi kondensat sebanyak 200 barel per hari. Dua lapangan tersebut diperkirakan akan berproduksi selama 14 tahun. (Baca: Tahun Ini 13 Proyek Migas Mulai Beroperasi)
Tahun lalu operator blok tersebut, Eni Muara bakau BV dan mitranya telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan PT Pertamina (Persero). Setelah proyek ini beroperasi, Pertamina akan mendapat gas alam cair (LNG) sebanyak 1,4 juta ton untuk pasokan dalam negeri.
Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja Muara Bakau ditandatangani pada 30 Desember 2002. Lapangan Jangkrik sendiri ditemukan kemudian di tahun 2009. Operaratornya adalah ENI Muara Bakau B.V. yang memegang kepemilikan 55 persen, dan mitranya GDF Suez Exploration Indonesia B.V. sebesar 45 persen.