Revitalisasi Kilang Mundu Diklaim Bisa Kurangi Impor Elpiji
KATADATA - PT Pertamina (Persero) berharap revitalisasi kilang elpiji Mundu dapat mengurangi impor elpiji. Lewat peningkatan kapasitas produksi, kilang yang berada di Indramayu, Jawa Barat, ini diperkirakan dapat memproduksi 100 metrik ton elpiji saban hari. Sedangkan kebutuhan impor elpiji selama ini sebanyak 27 ribu metrik ton per hari.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan kilang Mundu akan direvitalisasi menggunakan bahan baku gas alam. Pasokannya berasal dari produksi gas dua anak usaha Pertamina, yakni PT Pertamina EP Asset III Jatibarang dan PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Salah satunya dari Lapangan GG milik PHE ONWJ yang mulai beroperasi (onstream) dengan kapasitas produksi harian 31 juta kaki meter kubik (MMSCFD) dan 150 barel kondensat per hari.
(Baca : Setelah Kamojang, Pertamina dan PLN Ribut Lagi Harga Gas ONWJ)
Revitalisasi kilang ini juga sebagai bentuk integrasi pengelolaan sumber daya minyak dan gas bumi (migas) di Indramayu. Pasalnya, saat ini kilang Mundu dikelola oleh PT Pertamina Gas (Pertagas). “Pertamina terus meningkatkan integrasi bisnisnya agar tidak sekadar sebagai sumber penerimaan negara, tetapi juga menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah setempat,” kata Wianda dalam siaran pers Pertamina, Rabu (20/1). Jadi, kehadiran infrastruktur berbagai anak usaha Pertamina itu bisa memantik efek berantai perekonomian di daerah tersebut.
Selain elpiji, kilang Mundu juga akan memproduksi kondensat Naphta dan lean gas (gas kurus). Produksi dari kondensat Naphta atau Minasol-M sebesar 120 ton per hari, dan lean gas sekitar 720.000 Normal m3 (Nm3) per hari.
(Baca : Turunkan Harga Elpiji, Pertamina Pindahkan Storage dari Kapal ke Darat)
Elpiji dan Minasol yang diproduksi kilang elpiji Mundu dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumen seperti mendorong kesuksesan program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke elpiji. Sementara lean gas akan kembali dimanfaatkan anak usaha Pertamina yang lain, yakni Pertamina EP, sebagai fuel compressor (kompresor bahan bakar), fuel furnace (ruang pembakaran bahan bakar) dan fuel generator (generator bahan bakar). Sebagian lagi dipakai oleh pabrik semen, pupuk, pabrik baja PT Krakatau Steel Tbk, gas kota, dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Stasiun Kompresor Gas (SKG) Mundu, yang juga salah satu fasilitas strategis yang dimiliki Pertagas di Indramayu, memanfaatkan lean gas dari kilang elpiji Mundu dan PEP Asset III Jatibarang. Yaitu mengalirkan gas guna memenuhi kebutuhan di area timur Jawa Barat, yakni Cirebon dan sekitarnya. "Seiring dengan perkembangan waktu, SKG Mundu beroperasi dengan tujuan membantu menaikkan tekanan untuk sumuran minyak Jatibarang," ujar dia.
(Baca : Pemerintah Bangun Infrastruktur Elpiji di Papua)
Saat ini, SKG yang diresmikan pada 1978 ini memiliki peralatan utama berupa dua kompresor gas turbin dengan kapasitas masing-masing 40 MMSCFD. Terdapat juga lima ruas pipa yang dikelola yakni ruas Cilamaya-KHT (Kandang Haur Timur), KHT-Cilamaya, KHT-Balongan, Balongan-Mundu, dan Mundu-Sunyaragi. "Semua peralatan dalam kondisi siap pakai dan tahan uji," imbuh Wianda.
Sebagai informasi, selain revitalisasi kilang Mundu yang dilakukan Pertamina, pemerintah juga fokus membangun infrastruktur elpiji lainnya. Pembangunan infrastruktur gas ini sejalan dengan program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja pernah mengatakan, pemerintah akan membangun depo elpiji di tiga tempat yakni Wayame dan Jayapura di Papua serta Nusa Tenggara Timur (NTT).