Kilang LNG Terbesar RI Terancam Kehabisan Gas
KATADATA ? PT Badak Natural Gas Liquefaction (NGL) tengah mencari pasokan baru gas untuk mengamankan produksi gas alam cair (liquid natural gas/LNG) kilang Badak di Bontang, Kalimantan Timur. Jika tidak ada ada pasokan baru, kilang LNG tertua dan terbesar di Indonesia ini bakal berhenti beroperasi sekitar dua tahun lagi.
?Nasib Badak NGL akan seperti kilang Arun yang kehabisan pasokan gas,? kata Presiden Direktur Badak NGL, Salis S. Aprilian kepada Katadata beberapa waktu lalu di Jakarta.
Menurut dia, penyebab utama penurunan produksi LNG di kilang Badak adalah pasokan gas dari sejumlah blok migas di Kaltim semakin seret. Sekadar informasi, kontraktor pemasok gas untuk kilang Badak adalah Total E&P Indonesie sebesar 81 persen, Vico Indonesia 16 persen dan Chevron Indonesia 3 persen.
Namun, Badak NGL tidak ingin mengulang nasib ?saudara sebayanya?, PT Arun NGL, yang berhenti memproduksi LNG pada tahun lalu karena kehabisan pasokan gas dari ExxonMobil.
Sejak 2015, agar tetap bisa dimanfaatkan, kilang LNG Arun tidak lagi berfungsi sebagai penghasil LNG. Namun, Pertamina mengubah fungsinya menjadi terminal penerima dan regasifikasi LNG. Di terminal regasifikasi ini, pasokan LNG yang diperoleh dari ladang gas, seperti lapangan Tangguh, Papua, diubah menjadi gas untuk memenuhi kebutuhan gas di wilayah Nanggroe Aceh dan Sumatra bagian Utara.
Akan halnya Badak NGL, Kaltim. Sejak mencapai puncak produksi sebesar 22,5 juta metrik ton LNG pada 2001, produksi Badak NGL terus menurun. Tahun lalu, produksinya tinggal 18,2 juta metrik ton dan diperkirakan turun lagi pada tahun ini. Sejalan dengan turunnya pasokan dan produksi LNG, Badak NGL telah mengurangi pengoperasian train (pengolahan) LNG dari delapan train menjadi empat train dalam lima tahun terakhir. Bahkan, tahun depan, Badak NGL hanya mengoperasikan tiga train.
?Jika tidak ada tambahan pasokan gas, maka aset yang ada harus dimanfaatkan,? kata Salis.
Agar terhindar dari nasib naas seperti Arun NGL, Badak NGL setidaknya menempuh dua cara. Pertama, meningkatkan performa kilang dan efektivitas biaya. Upaya tersebut mulai membuahkan hasil. ?Kami akan sukses pada second life cycle,? katanya.
Kedua, berupaya mencari atau menambah pasokan baru gas. Seperti dikutip dari majalah internal PT Pertamina, Energia, Salis mengungkapkan adanya usaha eksplorasi dan produksi migas oleh sejumlah kontraktor, seperti Total, Vico, Chevron, dan ENI, di sekitar kilang Badak.
Namun, pada 2017 mendatang, Badak NGL akan berpindah tangan. Pertamina yang saat ini memegang 55 persen saham akan menguasai 100 persen saham Badak NGL. Dalam masa transisi menuju 2017, menurut Salis, Badak NGL akan menjalankan empat prioritas usaha. Yaitu, tetap memproduksi LNG dengan mempertahankan kualitas, meningkatkan cost effectiveness, memprioritaskan standar keselamatan atau Health, Safety, Security and the Environment (HSSE), dan pengembangan sumber daya manusia.