Lebih Hemat Tanpa Mudik, Tips Pengelolaan Keuangan Ramadan 2020
Ramadan kali ini berbeda dari biasanya karena ada pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Untuk mencegah penyebaran virus Corona, pemerintah Indonesia memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Kegiatan mudik pun dilarang.
“Mudik itu biasanya menjadi pos pengeluaran terbesar saat Ramadan hingga Lebaran, tidak saja untuk transportasi melainkan juga untuk kebutuhan di kampung halaman. Tanpa mudik seharusnya kita bisa lebih berhemat,” kata Metta Anggriani, perencana keuangan Anggriani & Partners dalam diskusi yang diadakan oleh Jenius dari BTPN, Kamis (14/5).
Maka banyak penyesuaian yang harus dilakukan selama Ramadan 2020 ini. Apakah masih ada tunjangan hari raya atau THR? Apakah masih perlu berbelanja Lebaran? Kalau Ramadan ini terpaksa berhemat, lalu bagaimana sebaiknya pengelolaan keuangan, mengingat pandemi Covid-19 yang belum berakhir?
(Baca: Diteken Jokowi, Berikut 25 Golongan PNS yang Dapat THR dan Tidak)
Ramadan Hemat akibat PSBB
Dengan masih berlakunya PSBB di masa Ramadan ini, maka tak banyak pilihan yang bisa kita lakukan selain #dirumahaja. Tidak ada buka puasa bersama, tidak ada silaturahmi atau halal bi halal, tidak ada mudik.
Apakah itu berarti pengeluaran Lebaran dapat ditekan, sehingga porsi menabung bisa diperbesar?
Di tahun sebelumnya, kebanyakan orang belanja Lebaran dengan sumber dana THR. Sementara gaji bulanan digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Pandemi corona telah menimbulkan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK. Akibatnya, banyak orang mulai kehilangan penghasilan.
(Baca: Krisis Covid-19 Unik dan Rumit, Perlu Penanganan Berbeda (Bagian 1))
Ada juga yang sudah tidak terima THR, atau jumlah THR dipotong. Bila ini terjadi, mau tidak mau belanja Lebaran harus dipangkas.
“Tetapi, bila THR masih ada sementara belanja Lebaran berkurang, alangkah baiknya bila sisa THR ditabung untuk mengantisipasi ketidakpastian ekonomi yang masih berlangsung,” kata Metta.
Tips Keuangan Ramadan 2020
Adanya PSBB di berbagai daerah membuat porsi belanja untuk memenuhi keinginan (wants) berkurang. Maka, menurut Metta, porsi tsb bisa dialihkan untuk beberapa hal berikut:
- Meningkatkan kebutuhan pokok, misalnya menambah pengeluaran extra untuk membeli vitamin, masker dan kebutuhan kesehatan lainnya.
- Meningkatkan tabungan untuk mengantisipasi risiko di masa pandemi, seperti sakit, PHK, dll. “Tabungan bukan hanya untuk duniawi, tapi kita juga bisa meningkatkan amal ibadah kita dengan membayar zakat dan memberikan donasi kepada orang lain yang lebih terdampak oleh pandemi ini,” kata Metta.
- Hindari utang, apalagi utang konsumtif. Menurut Metta, dapat dimaklumi apabila penghasilan berkurang akibat lesunya ekonomi saat ini. “Tapi sedapat mungkin hindari berutang dengan menyesuaikan gaya hidup, sambil terus berupaya mencari cara meningkatkan penghasilan."
Dana Darurat
Satu hal penting yang disarankan selagi pandemi ini adalah untuk tetap menabung. Tujuan menabung pada dasarnya untuk menjaga daya beli kita tetap bertahan di masa depan.
“Para ekonom memprediksi bahwa ekonomi Indonesia mulai akan pulih di Q4 2020, dan secara perlahan akan membaik di 2021. Artinya, kita harus siap menghadapi berbagai kemungkinan dalam 6- 12 bulan ke depan,” tutur Metta.
(Baca: THR: Dilema dan Polemik di Pusaran Pandemi Corona)
Salah satu bentuk tabungan yang harus tersedia adalah dana darurat. Untuk Anda yang masih lajang, cukup menyediakan dana darurat minimum 3x pengeluaran bulanan. Tapi bila telah berkeluarga atau berpenghasilan tidak tetap, Anda perlu menyediakan dana darurat minimum 6x pengeluaran bulanan.
Di masa pandemi yang penuh ketidakpastian ini, apabila mampu, Anda juga bisa menyiapkan dana darurat hingga 12x pengeluaran bulanan. Dana darurat harus bersifat likuid namun dengan akses terbatas, maka sebaiknya disediakan dalam bentuk emas, deposito, atau reksadana pasar uang.