BPMA Perlu Percepat Investasi untuk Produksi Temuan Migas di Aceh
Badan Pengelola Migas Aceh atau BPMA mengumumkan adanya temuan potensi migas baru. Temuan tersebut merupakan hasil dari Joint Study Assesstment (JSA) Conrad Petroleum di Blok Singkil dan Frontier Point Ltd di Blok Meulaboh yang berada di perairan pantai barat-selatan Aceh.
Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menyebut hasil temuan itu merupakan hal yang positif bagi industri hulu migas. Namun, penemuan potensi migas itu harus diimbangi dengan investasi yang konkrit.
"Tidak akan berarti apa-apa kalau itu tidak bisa dikonversi menjadi cadangan (reserves)," ujar Pri kepada Katadata.co.id, Jumat (3/7).
Oleh karena itu, dia menyarankan agar BPMA mendorong perusahaan migas untuk melanjutkan investasi di dua blok tersebut. Adapun investasi itu meliputi pengeboran sumur eksplorasi, pengembangan, hingga produksi migas.
(Baca: BPMA Temukan Dua Potensi Migas Baru di Aceh)
Selain itu, Pri mendorong agar pemerintah menyediakan iklim investasi untuk menarik investor. Pemerintah bisa mencoba beberapa upaya seperti penyediaan data berkualitas, fiscal terms yang menarik, kemudahan perizinan, dan kepastian hukum.
"Untuk level praktikal dan teknikal, data-data dari hasil yang sudah ada harus dimatangkan lagi dengan serangkaian kegiatan studi, seismik, dan pengeboran lanjutan, semuanya itu memerlukan investasi," ujarnya.
Di sisi lain, Kepala BPMA Teuku Mohamad Faisal mengatakan temuan migas baru di dua wilayah Aceh tersebut masih dalam tahap studi yang rencananya akan ditingkatkan menjadi tahapan eksplorasi. Sehingga dibutuhkan kesiapan operator dalam menindaklanjuti temuan tersebut.
"Kondisi hidrokarbon di perairan Barat Selatan Aceh itu masih kategorinya potensi alias belum dikategorikan cadangan," ujar dia.
Kepala Divisi Eksplorasi dan Eksploitasi BPMA Ibnu Hafizh menyampaikan bahwa temuan itu merupakan bukti industri hulu migas Aceh dalam tren positif. Pasalnya, perusahaan migas berminat menanamkan dananya di Aceh.
Adapun, total potensi di Blok Singkil dengan asumsi P50 sebesar 296 miliar kaki kubik gas (BCF). Sedangkan Blok Meulaboh memiliki potensi minyak bumi dengan asumsi P50 sebesar 192 juta barel minyak (MMBO) dan potensi gas dengan asumsi yang sama sebesar 1,1 triliun kaki kubik gas (TCF).
Blok Singkil tercatat memiliki luas area sebesar 8.200 km2. Sedangkan Blok Meulaboh dengan luas 9.200 km2.