Tips UMKM Bisa Bersaing Saat Go Digital di Tengah Pandemi

Image title
11 Agustus 2020, 17:44
Ilustrasi. UMKM marak go digital di tengah pandemi virus corona. Berikut adalah tips agar pelaku UMKM bisa bersaing.
ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/agr/hp.
Ilustrasi. UMKM marak go digital di tengah pandemi virus corona. Berikut adalah tips agar pelaku UMKM bisa bersaing.

Pandemi virus corona telah memukul usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membatasi pergerakan masyarakat membuat pemasukan mereka turun. Salah satu siasat mereka bertahan di tengah krisis kali ini adalah dengan beralih ke mediun daring atau go digital.

Dampak pandemi terhadap UMKM terlihat dari hasil survei Katadata Insight Center (KIC) terhadap 206 pelakunya di Jabodetabek periode Juni 2020. 63,9% responden menyatakan pendapatannya menurun lebih dari 30% dibandingkan sebelum Covid-19 merebak.

Sebaliknya, hanya 1,6% responden yang menyatakan pendapatannya meningkat lebih dari 30%. Sementara, hanya 0,6% responden yang menyatakan pendapatannya tak berubah dibandingkan sebelum pandemi virus corona.

Kondisi tersebut, membuat para pelaku UMKM melakukan efisiensi. Dari sisi proses produksi, 65,5% responden menyatakan mengurangi penyediaan barang dan jasanya. Lalu, 50,5% menyatakan mengurangi karyawan dan jumlah jam kerja.

Guna menyiasati kondisi tersebut, survei KIC mendapati mayoritas responden (34,6%) memilih beralih medium pemasaran dari offline atau langsung ke daring. Disusul mengganti atau membuat produk dan usaha baru (15,4%), dan mendapat mendapat modal tambahan (15,4%).

Selengkapnya bisa dilihat di Databoks berikut ini:

Peralihan UMKM ke medium digital juga terlihat dari hasil survei SEA Insights periode Juni 2020 kepada 2.200 responden. 45% dari seluruh responden menyatakan berjualan melalui e-commerce selama masa pandemi virus corona.

Sementara, Kementerian Koordinator Perekonomian selama 14 Mei sampai 9 Juni 2020 mencatat 301.115 UMKM beralih ke digital. Jumlah ini menambah sekitar 8,3 juta UMKM atau 13% dari 64,2 juta total pelakunya yang sebelumnya sudah memanfaatkan medium digital.

Menangkap situasi kecenderungan tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM optimis target 10 juta UMKM go digital pada 2020 bisa tercapai. “Peluangnya pemakai internet, pemakai aplikasi, jumlahnya sudah lebih dari 120 juta,” kata Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Kemenkop & UMKM, Arif Rahman, Senin (10/8) melansir Antara.

Namun, upaya menggaet pasar melalui medium digital tak mudah. Untuk itu, berikut kami rangkumkan beberapa tips bagi pelaku UMKM saat go digital:

Membuat E-Brochure

E-Brochure atau brosur elektronik penting bagi pelaku UMKM dalam mempromosikan dan memasarkan produknya secara daring. Hal ini disampaikan Kepala Bisnis Ritel Smesco Indonesia, Krismayu Noviani Bandie. Guna menjembatani keperluan ini, Smesco bersama Kementerian Koperasi dan UKM berencana mengeluarkan program untuk itu.

Krismayu menyatakan, laman E-Brochure pihaknya akan menjadi katalog produk UMKM yang tergabung di dalamnya. Para pelaku pun dapat dapat membagikan informasi produk-produknya ke berbagai kanal media sosial, seperti WhatsApp, Instagram, dan Facebook.   

Dalam tiap laman E-Brochure berisi 12 produk dengan informasi rinci meliputi gambar, nama, dan harga. Konsumen juga bisa langsung terhubung dengan penjual lewat fitur Order Now di dalam laman tersebut. Nanti, konsumen akan langsung berkomunikasi dengan penjual melalui aplikasi WhatsApp.

“Kami sudah mengumpulkan 3.000 sampai 4.000 UMKM untuk bergabung dalam E-Brochure besar Smesco Indonesia dengan perwakilan satu UMKM satu produk,” kata Krismayu dalam diskusi daring bertajuk Tutorial E-Brochure Smesco Indonesia, Selasa (11/8).

Masuk ke Marketplace

Saran selanjutnya agar pelaku UMKM bisa bersaing saat go digital adalah dengan masuk ke marketplace atau aplikasi pemasaran daring, seperti e-commerce. Hal ini disampaikan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada 27 Juni lalu saat menjadi pemateri diskusi Kagama Inkubasi Bisnis.

Teten menyatakan, saat ini marketplace seperti e-commerce telah menjadi model baru dalam menjalankan bisnis. Peluang pasar di e-commerce pun sangat besar dengan pengguna internet di Indonesia mencapai 150 juta orang.

“Ke depan, kemungkinan work from home ini jadi model baru karena bisa lebih efisien, perilaku konsumen pun akan berubah berbelanja online, termasuk lewat e-commerce,” katanya.

Hasil Survei SEA Insights periode Juni 2020 menunjukkan kecenderungan tersebut. Selama pandemi, 51% responden menyatakan lebih sering berbelanja melalui e-commerce dibandingkan sebelumnya.

Peluang e-commerce menjadi ladang pelaku UMKM memanen konsumen sebenarnya sudah terlihat dari 2019. Hasil riset KIC bersama Kredivo menyatakan, hampir seluruh produk e-commerce mengalami peningkatan transaksi pada 2019, kecuali elektornik. Selengkapnya bisa disimak dalam Databoks di bawah ini:

Menjual Produk yang Sedang Dibutuhkan

Tips selanjutnya adalah pelaku UMKM menjual produk yang sedang dibutuhkan. Hal ini disampaikan Ketua Asosiasi Modal Ventura Indonesia Jefri R Sirarit. Menurutnya, di tengah pandemi ini produk yang sedang dibutuhkan adalah makanan dan perlengkapan kesehatan.

“Karena itu produk esensial untuk sekarang,” katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (11/8).

Produk makanan, bahkan menurutnya adalah yang akan selalu dicari masyarakat sampai kapanpun. Alasannya karena manusia tidak mungkin mengesampingkan makanan, tapi mungkin di kebutuhan lain. Oleh karena itu, bisnis di sektor ini bisa mendatangkan peluang besar.

“Tapi tetap tergantung inovasinya. Itu tantangan bagi pelaku,” katanya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi ucapan Jefri. Konsumsi produk kesehatan selama pandemi naik 73,3%, disusul bahan makanan yang naik 65,8%. Selengkapnya di Databoks berikut:

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...