Berlomba Mencari Senjata Pamungkas Perang Covid-19

Sorta Tobing
17 Agustus 2020, 09:00
vaksin virus corona, pandemi corona, covid-19, sinovac, unpad, uji klinis vaksin, bio farma, eijkman
Ilustrator: Joshua Siringoringo | Katadata

Sebanyak 1.519 orang telah mendaftar menjadi relawan vaksin Sinovac per 13 Agustus lalu. Bio Farma menargetkan jumlahnya dapat mencapai 1.620 orang. Dalam pengujiannya, perusahaan akan melakukan vaksinasi sekitar 120 orang per hari.

Peneliti sekaligus juru bicara uji coba vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Unpad, Rodman Tarigan, mengatakan sebanyak 40 tim dokter dikerahkan dalam uji klinis tersebut. “PT Bio Farma melihat pengalaman tim kami dalam uji coba vaksin sudah baik, maka kami ditunjuk sebagai pelaksana,” ujarnya.

Dalam uji coba ini, setiap relawan akan diinjeksi vaksin dengan dosis 0,5 mililiter. Subjek peneliti kemudian akan kembali mendapatkan vaksinasi dengan dosis yang sama pada hari ke-14 setelah vaksinasi yang pertama. Bila subjek menunjukan adanya kekebalan terhadap virus, tidak akan perubahan jumlah dosis vaksin Covid-19 ini.

Rodman menyebut vaksin Sinovac berasal dari komponen virus Covid-19 alias SARS-CoV-2 yang dimatikan atau inaktivasi. Karena itu, risikonya sangat kecil. Namun, potensi efek samping lokal dari vaksinasinya masih ada. Misalnya, pembengkakan di area suntik sampai perubahan suhu tubuh subjek penelitian.

Tim dari Unpad akan terus memantau efek samping vaksin tersebut di tubuh para relawan. Para peneliti uji coba vaksin ini pun memastikan kehalalan kandungan dan proses pengembangan vaksin Sinovac.

Selain Indonesia, sejumlah negara juga tengah melakukan uji coba vaksin Sinovac, yaitu Brasil, Turki, hingga Bangladesh. Yang terbaru, vaksin ini juga diuji di Arab Saudi. “Keputusan akhir soal keberhasilan vaksinnya tetap di WHO. Kami tidak ingin melangkahinya,” ujarnya.

FASILITAS PRODUKSI VAKSIN COVID-19
Fasilitas produksi vaksin Covid-19 di kantor PT Bio Farma (Persero), Bandung, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/hp.)

Para Peneliti Vaksin Merah-Putih

Indonesia sebenarnya juga sedang mengembangkan vaksin Covid-19 buatan dalam negeri. Vaksin Merah-Putih ini dikembangkan para peneliti Tanah Air melalui Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19. Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman menjadi pemimpin konsorsium tersebut.

Wakil Kepala LBM Eijkman Profesor Herawati Sudoyo mengatakan lembaganya memiliki pengalaman pengembangan seed vaccine Hepatitis B. “Jadi kami merasa teknologi ada di tangan,” katanya.

Eijkman membuat vaksin dengan teknologi protein rekombinan. Metodenya berbeda dengan vaksin Sinovac. Vaksin Merah-Putih mengambil protein dari virus Covid-19, yaitu protein S atau spike. Kalau melihat dengan mikroskop, bagian ini berada di bagian luar virus yang membuatnya seperti mahkota atau corona.

Herawati menyebut ketika menginfeksi, protein S yang bereaksi dengan sel tubuh manusia. “Dia berperan penting,” ujarnya.

Selain Spike protein, vaksin buatan Eijkman juga memakai nucleocapsid (Gen N) pada virus SARS-CoV-2.  Para peneliti mengambil, mengisolasi, kemudian memperbanyak protein tersebut dengan cara kloning (rekayasa genetika) untuk masuk ke vektor sel mamalia. Eijkman sedang mengerjakan tahap ini atau fase ketiga uji laboratorium.

Dalam pengujian di laboratorium, masih ada fase keempat, yaitu mengekspresikan gen yang telah dikloning. “Pada tahap ini kami akan melihat apakah betul antigen (kandidat vaksin) tersebut dapat merangsang timbulnya antibodi. Kalau berhasil, kami akan mendapatkan seed vaccine,” ucap Herawati.

Setelah fase empat, para peneliti Eijkman dapat mulai melakukan uji preklinis ke hewan percobaan. Jika hasilnya positif, tahap selanjutnya adalah uji klinis satu sampai tiga ke manusia.

Peneliti Eijkman Tedjo Sasmono mengatakan banyak kendala dalam pengembangan vaksin tersebut. Pertama, virus adalah makhluk hidup sehingga tidak bisa dipaksa untuk tumbuh dengan cepat. Kedua, kendala nonteknis, yaitu ketersediaan reagen (reaktan atau pereaksi kimia). “Indonesia bukan produsen reagen sehingga harus impor dan ini membutuhkan waktu yang lama,” katanya.

Walaupun pemerintah sudah melakukan percepatan untuk impornya, tetap saja waktu yang dibutuhkan mencapai dua minggu sampai sebulan. Kendala berikutnya adalah keterbatasan alat dan fasilitas serta sumber daya manusia. “Masing-masing peneliti memiliki skill khusus dan tidak semua bisa dipenuhi. Kompleks sekali, tidak gampang,” kata Tedjo.

Proses di laboratoriumnya pun sangat detail dan rumit. Tedjo bersama sekitar 15 sampai 20 orang peneliti lainnya di Eijkman mengembangkan vaksin tersebut sambil tetap menjalankan protokol kesehatan Covid-19, yaitu harus menjaga jarak. “Tidak bisa semua masuk laboratorium karena dapat melanggar aturan kapasitas maksimum 50%,” ujarnya.

Pekerjaan ini mulai mereka lakukan sekitar April-Mei 2020. Para peneliti biasanya bekerja dari pukul delapan pagi sampai malam. Risiko terpapar, menurut Tedjo, pasti ada, terutama bagi peneliti yang menangani langsung virus Covid-19. Hanya tiga orang yang mampu melakukan ini dan ketiganya bekerja di laboratorium biosafety level 3.

Namun, setelah materi genetik berhasil diambil, virus corona menjadi tidak menular lagi. “Tentu saja tetap ada prosedur sangat ketat untuk mencegah infeksi virus,” katanya.

Tedjo, yang menjabat sebagai Kepala Unit Penelitian Dengue di Indonesia, pernah terlibat dalam uji klinis vaksin demam berdarah di Indonesia. Sampai sekarang pun vaksin yang sudah dikembangkan selama 30 tahun ini belum sempurna. Padahal, virus dengue sudah diketahui keberadaannya sejak berakhirnya Perang Dunia I.

Covid-19 merupakan virus baru dan praktis para peneliti belum mengenalnya. “Masih banyak sekali teka-tekinya dan ini menyulitkan kami,” ujar Tedjo. Namun, dalam situasi pandemi seperti ini semua pengembangan teknologi vaksin harus dicoba untuk menyelamatkan manusia. Targetnya, awal tahun depan kandidat seed vaccine untuk vaksin Merah-Putih sudah siap.

Pembuatan vaksin buatan sendiri menjadi sangat penting saat ini. “Kita punya alternatif, punya kemandirian,” kata Tedjo. Indonesia pun juga dapat lebih siap ketika pandemi terjadi lagi.

Penyumbang bahan: Muhamad Arfan Septiawan (magang)

Halaman:
Reporter: Rizky Alika, Dimas Jarot Bayu, Muchammad Egi Fadliansyah

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...