Jawa-Bali Dominasi Kasus Covid-19, Kapasitas Tes Masih Terbatas
Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Di antaranya paling banyak ditemukan di Jawa dan Bali. Kapasitas tes PCR untuk diagnosis di sebagian besar wilayah masih di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Anggota Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah mencatat, kasus Covid-19 tertinggi berada di Jawa Bali dengan jumlah 114.590. Ini artinya, kasus virus corona di Jawa dan Bali menyumbang persentase sebesar 64,26% dari total kasus terkonfirmasi di Indonesia.
Sumbangan kasus positif terbesar berikutnya berasal dari Sumatera. Hingga 6 September, total kasus positif virus corona di Sumatera mencapai 20.150 kasus dengan persentase 11,30%.
Selanjutnya, total kasus positif Covid-19 di Sulawesi mencapai 18.960 kasus atau memiliki porsi 10,63% dari total kasus nasional, Kalimantan 16.915 kasus dengan sumbangan 9,49%, serta Maluku dan Papua 7.778 kasus dengan porsi 4,36%.
Bagaimanapun, dengan kasus pertama terdeteksi sejak 2 Maret 2020, sebagian besar penderita Covid-19 telah kembali pulih. Saat ini, persentase kasus aktif Covid-19 tertinggi berada di Sumatera, yaitu 38,60% dari total kasus terkonfirmasi pada 6 September 2020.
Jumlah kasus aktif di Sumatera pada tanggal tersebut mencapai 7.779 orang. "Sumatera lebih banyak kasus aktifnya. Artinya lebih banyak proporsi orang yang masih sakit," kata Dewi dalam talkshow Covid-19 dalam Angka: Perbandingan di 5 Pulau di Indonesia, Rabu (9/9).
Menurutnya, data tersebut mencerminkan sikap masyarakat di lapangan. Persentase kasus aktif di Sumatera tersebut lebih tinggi dari rata-rata kasus aktif dunia yang saat ini sebesar 25,78%.
Meski persentase tertinggi berada di Sumatera, jumlah kasus aktif terbanyak masih terjadi di Jawa dan Bali. Pada 6 September, kasus aktif di Jawa dan Bali mencapai 23.220 kasus dengan persentase 20,26% dari kasus terkonfirmasi.
Selanjutnya, jumlah kasus aktif di Kalimantan mencapai 3.694 kasus dengan persentase sebesar 21,84% dari total kasus terkonfirmasi. Jumlah daerah yang berada di atas rata-rata persentase kasus aktif dunia sebanyak 16 kabupaten/kota, sementara yang berada di bawah rata-rata dunia ada 40 kabupaten/kota.
Kemudian, Sulawesi memiliki kasus aktif sebanyak 3.771 kasus dengan persentase 19,80% dari kasus terkonfirmasi. Jumlah daerah yang berada di atas rata-rata persentase kasus aktif dunia sebanyak 28 kabupaten/kota. Selebihnya, 52 kabupaten/kota berada di bawah rata-rata persentase kasus aktif dunia.
Di Maluku dan Papua, ada 1.910 kasus aktif dengan persentase 24,57% dari kasus terkonfirmasi. Total daerah yang berada di atas persentase kasus aktif dunia sebanyak 20 kabupaten/kota. Sementara, ada 30 kabupaten/kota yang berada di bawah rata-rata kasus aktif dunia.
Melihat data tersebut, persentase kasus aktif di Jawa dan Bali bahkan lebih rendah dari Kalimantan serta Maluku dan Papua. Hal ini membuktikan bahwa rata-rata pasien Covid-19 di Jawa dan Bali bisa dipulihkan lebih cepat.
Laboratorium Terbatas
Dalam pemeriksaan Covid-19, WHO menetapkan standar sebanyak 1000 tes per 1 juta penduduk tiap minggunya. Berdasarkan sumber data Kementerian Kesehatan per 6 September 2020, baru beberapa daerah yang telah melampaui standar tersebut.
Diantaranya DKI Jakarta telah mencapai angka 3.084 orang yang diperiksa per minggu. Provinsi lainnya, Kalimantan Timur mencapai 2.157 orang, DI Yogyakarta mencapai 1.198 orang, Sulawesi Utara ada 1.197 orang dan Kalimantan Selatan ada 1.128 orang.
Sedangkan beberapa provinsi yang memiliki pasien Covid-19 dalam jumlah cukup besar masih belum mencapai target tes. Di Jawa Tengah misalnya, kapasitas tes baru mencapai 411 orang per minggu, Jawa Barat 301 orang dan Jawa Timur 480 orang.
"Tentunya daerah-daerah lain harus segera mengikuti pencapaian beberapa provinsi yang sudah berhasil tersebut. Dan para pimpinan daerah dapat segera meningkatkan itu dengan bantuan satgas di pusat," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito menjawab pertanyaan media dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Selasa (8/9).
Ia meminta pemerintah daerah untuk menjalin kerjasama dengan laboratorium-laboratorium swasta setempat. Hal itu guna meningkatkan hasil tes agar tidak terjadi ketimpangan antar daerah.
Pemeriksaan yang lebih masih, menurut Wiku, diharapkan dapat menjaring kasus positif tanpa gejala. “Deteksi dini lebih baik dan hasil akhirnya lebih baik,” ujarnya.