Jokowi: 215 Negara Hadapi Masalah Kesehatan dan Ekonomi Akibat Pandemi
Pandemi Covid-19 telah masalah Kesehatan dan ekonomi di berbagai negara. Presiden Joko Widodo pun mengatakan, tantangan yang muncul akibat pandemi ini begitu berat.
"215 negara harus menghadapi permasalahan kesehatan dan permasalahan ekonomi yang sangat rumit," katanya dalam acara Dies Natalis 63 Tahun Universitas Padjajaran, Jumat (11/9/2020). Ia menambahkan, "Negara maju maupun negara berkembang sama-sama tidak siap hadapi tantangan ini.”
Mantan Wali Kota Solo itu mengatakan, seluruh pihak harus menghadapi tantangan ini dengan cara yang luar biasa. Selain itu, pola pikir dan strategi juga harus disusun dengan cara yang luar biasa.
Hal ini juga perlu diikuti dengan perubahan standar normalitas, baik normalitas pada bidang kesehatan, budaya kerja, dan cara kerja. "Sekarang saatnya perkenalkan standar normalitas baru dalam kehidupan profesional kita," katanya.
Selain itu, pengembangan teknologi perlu dimanfaatkan saat pandemi ini. Sebagai contoh, pemanfaatan kecerdasan buatan dapat dimanfaatkan pada berbagai bidang.
Teknologi tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kemandirian pangan, kemandirian energi, dan pengembangan kewirausahaan UMKM di berbagai sektor. "Oleh karena itu, kita tidak boleh terjebak dalam rutinitas," ujar dia.
Bagaimanapun, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir optimistis Indonesia bisa mengambil peluang untuk pulih dan masuk dalam peringkat lima dunia pada 2024.
Erick mengibaratkan upaya negara-negara untuk bangkit dari pandemi sebagai lomba siput. "Ibarat perlombaan siput, semua lambat. Tapi selambat-lambatnya kita, masih bisa masuk rangking ke-5 dunia pada 2024," katanya dalam forum yang sama.
Pada tahun ini, kinerja pertumbuhan ekonomi nasional dinilainya lebih baik dibandingkan negara-negara G20 hingga negara Asia Tenggara. Negara tetangga, lanjut Erick, mengalami kontraksi ekonomi yang lebih dalam dari Indonesia.
Sebagaimana diketahui, ekonomi Indonesia pada triwulan II tumbuh negatif 5,32%. Angka ini lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan II di negara tetangga, seperti Malaysia yang minus 17,1% dan Thailand minus 12,2%. Simak databoks berikut:
Erick pun berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 bisa berkisar 0%. Bila terjadi kontraksi, ia berharap Indonesia tidak akan masuk pada zona minus yang terlalu dalam. Karenanya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III dan IV diharapkan dapat membaik.
Namun, ia mengakui pandemi virus corona memberikan kompleksitas dalam penanganan kesehatan dan ekonomi. "Negara maju, menengah, miskin, kaya, semua negara mencari jalan terbaik," ujar dia. Untuk itu, masalah kesehatan harus diprioritaskan sebelum masalah ekonomi.
Ia pun menilai, pandemi ini dapat menjadi momentum kebangkitan bagi bangsa Indonesia untuk lebih mandiri di semua lini.