Kapasitas Rumah Sakit Hampir Penuh, Dokter Dukung PSBB Jakarta

Image title
Oleh Ekarina
12 September 2020, 15:23
Covid-19, Pandemi Corona. Covid-19,Rumah Sakit, DKI Jakarta.
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj.
Seorang tenaga kesehatan dengan pakaian pelindung diri lengkap berpose sebelum memberikan makanan kepada pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat, Senin (13/7/2020). Kementerian Kesehatan menyebut anggaran untuk insentif tenaga kesehatan yang menangani pasien COVID-19 mencapai Rp1,9 triliun baik di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan institusi kesehatan pusat.

Tingkat keterisian pasien di rumah sakit terus meningkat dan perlu diantisipasi dengan kebijakan pengetatan oleh pemerintah daerah. Ketua Bidang Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Akmal Taher mendukung kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Total di kawasan Jakarta.

"Tidak ada cara lain, selain memberlakukan kebijakan rem darurat terlebih kenaikan kasus aktif di DKI Jakarta saat ini mencapai 48%,"  kata Akmal dalam diskusi radio Trijaya Network, Sabtu (12/9).

Per 6 September persentase keterisian ruang isolasi rumah sakit rujukan telah mencapai 77%. Sedangkan 83% dari kapasitas tempat tidur ruang ICU rumah sakit rujukan telah terisi. 

Padahal, kata Akmal, kapasitas rumah sakit maksimum hanya mencapai 75- 85%. Sedangkan ruang isolasi idealnya, hanya mencapai 65% dan dianjurkan tak terlalu padat. 

Bila kapasitasnya lebih dari itu, maka perlu ada tindakan yang diambil untuk mengurangi keterisian rumah sakit. Pihaknya berupaya menambah kapasitas dan mencoba memilah pasien untuk ditempatkan di rumah sakit rujukan khusus Covid-19 untuk meminimalisir penularan.

Satu-satunya tempat yang kapasitasnya masih tersedia yakni ada di Wisma Atlet. "Tapi bukan berarti tempat ini bisa menampung sebanyak-banyaknya pasien, tetap harus ada limit,"

Keterbatasan tersebut tak hanya dari segi infrastruktur rumah sakit, tapi juga sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu akan diseleksi rumah sakit mana saja yang bisa diperuntukkan bagi perawatan pasien Covid-19 dan yang non-Covid. 

Pihaknya pun akan berkoordinasi dengan sejumlah rumah sakit.  RS hanya menerima Covid dengam demikian ada pengalihan pasien non-Covid ke RS lain. "Butuh ambil tindakan yang tidak biasa," katanya. 

Terkait penerapan PSBB di wilayah lain, menurut dia kebijakan yang diambil perlu disesuaikan dengan kondisi masyarakat lokal.  "Intinya pelonggaran aktivitas dan disiplin yang rendah menjadi faktor utama kenaikan kasus. Kebijakan di berbagai level mesti sejalan," ujarnya.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebelumnya menunjuk 14 dari 52 jumlah total rumah sakit di wilayah Jakarta Selatan sebagai rumah sakit rujukan penanggulangan Covid-19.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan, Muhammad Helmy mengatakan penunjukkan 14 rumah sakit tersebut sesuai dengan SK Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sejak Senin (7/9) lalu.

"Dari 14 rumah sakit itu ada empat rumah sakit umum daerah (RSUD) Jakarta Selatan yakni RSUD Pasar Minggu, Jati Padang, Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru," kata Helmy seperti dikutip dari Antara, Sabtu (12/9).

Menurut Helmy, ke 14 rumah sakit tersebut ditunjuk khusus menangani pasien corona sehingga pasien non-corona dapat dialihkan ke rumah sakit lainnya. Namun, beberapa rumah sakit juga diminta untuk meningkatkan kapasitas ruangan.

Pemprov DKI Jakarta melalui aku Instagram resmi Dinas Kesehatan DKI yakni @dinkedki merilis daftar rumah sakit rujukan penanggulangan COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta.

Penunjukkan ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) No. HK 01.07/MENKES/169/2020 dan Keputusan Gubernur No. 494 Tahun 2020.

Dengan aturan tersebut, jumlah rumah sakit rujukan penanggulangan Covid-19 bertambah menjadi 59 unit.  Daftar tersebut merinci nama rumah sakit beserta alamatnya yang terdapat di lima Kota Administrasi DKI Jakarta.

116 Dokter Meninggal

Kenaikan jumlah kasus corona yang terus-menerus juga membawa derita bagi petugas medis. Ketua Tim Mitigasi PB Ikatan Dokter Indonesia mengatakan kenaikan positif rate pasien Covid-19 dikhawatirkan tak sebanding dengan jumlah tenaga medis dan tenaga kesehatan.

Oleh karena  itu dia mendorong pentingnyaproteksi dan keamanan tenaga kersehatan dan dokter.  Ada sebuah survei menunjukkan, 83% tenaga kesehatan burn out dan kelelahan. Hal ini mempengaruhi ke ketahanan kinerja.

Akibatnya, risiko terpapar semakin tinggi dan risiko sakit bahkan kematina bisa jadi tinggi. 

"Perjalanan ini masih panjang, tidak tahu selesai sampai kapan. Sementara tenaga medis dan kesehatan masih diperlukan," katanya. 

Pihaknya mencatat, hingga hari ini sudah ada 116 orang dokter meninggal dunia akibat Covid-19. Dari angka tersebut, jumlah terbanyak ada di Jawa Timur sekitar 29 orang, Medan 21 orang, Jakarta dan daerah lainya.

"Ini menjadi perhatian kita.  Dari semua itu, lebih dari 50% atau 55 orang  merupakan dokter umum dan sisanya spesialis," ujar dia.

Namun dia mengakui penularan corona pada tenaga medis tak hanya terjadi pada saat menangani pasien positif. Penurunan bisa terjadi di lingkungan sekitar rumah sakit, yang memang belum banyak didesain sebagai tempat mengisolasi pasien Covid-19.

"Sehingga risiko penularan  di faskes itu akan sangat tinggi. Perlu ruang yang tidak terlalu ber-AC, memiliki ventilasi, hexos dan perlu ada zonasi di ruang UGD pasien Covid dan yang non," ujarnya. 

Pasien positif Covid-19 bertambah 3.737 orang per 11 September 2020. Total Kasus mencapai 210.940 dengan 150.217 pasien dinyatakan sembuh dan 8.544 orang meninggal dunia.

Sementara itu, pemerintah mencatat orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 95.501 dan pasien dalam pengawasan sebanyak 0 orang. Kasus tertinggi Covid-19 tersebar di DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Detailnya, ada dalam databoks berikut ini:

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...