Beda Pneumonia Biasa dengan Gejala Covid-19
Covid-19 menjadi salah satu penyebab kematian terbesar saat ini. Salah satu penyakit yang timbul dari virus tersebut yaitu pnuemonia.
Meski begitu, tidak semua pneumonia disebabkan oleh Covid-19. Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Telly Kamelia mengatakan ada perbedaan antara pneumonia biasa dengan peradangan paru-paru karena Covid-19.
"Pneumonia biasa merupakan peradangan paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Sedangkan pneumonia pada Covid-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2," kata Telly seperti dilansir Antara pada Senin (16/11).
Di sisi lain, Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, Feni Fitriani, mengatakan gejala pneumonia Covid-19 sebenarnya sama dengan radang paru-paru biasa, yaitu demam, infeksi saluran pernapasan dengan gejala batuk kering, pilek, sesak napas dan lesu.
Selain itu, napas penderita bisa tampak sangat cepat dari biasanya. Meski begitu, peradangan paru-paru karena Covid-19 bisa berlangsung selama 14 hari atau kurang dari itu.
Membedakan pneumonia umum dengan Covid-19 secara cepat, kata Telly, akan membantu pasien mendapatkan penanganan yang tepat. Apalagi pengobatan pneumonia didasarkan pada penyebab penyakit.
Menurut dia, pneumonia pada Covid-19 diterapi dengan antivirus sebagai pengobatan kausal ditambah pengobatan tambahan lainnya, seperti klorokuin yang mudah ditemukan di Indonesia. “Meski begitu, yang terpenting yaitu mencegah agar tidak terkena pneumonia. Pada dasarnya, mencegah lebih baik dari mengobati," kata Telly.
Di sisi lain, pemerintah terus mendorong masyarakat memutus mata rantai Covid-19. Salah satunya dengan menjalankan 3M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Penasihat Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menkomarinvest) Monica Nirmala mengatakan pemerintah terus memperkuat upaya perubahan perilaku di masyarakat. Selain itu, pemerintah juga meningkatkan 3T, yaitu testing, tracing dan treatment.
“Gerakan 3M dan 3T sama pentingnya dan satu kesatuan, kita berupaya memutus mata rantai penularan Covid-19 dengan kita melindungi diri dan melindungi sesama," ujar Monica seperti dikutip dari covid-19.go.id pada Kamis (12/11).
Di sisi lain, Managing Director IPSOS Indonesia, Soeprapto Tan, mengatakan gerakan 3M masih menjadi satu-satunya cara paling ampuh dalam menghadapi Covid-19. Sehingga dia mendorong masyarakat konsisten dan jangan lengah untuk terus melaksanakan protokol kesehatan.
"Bersamaan dengan itu, semua serta masyarakat harus mendukung pelaksanaan 3T, terutama dalam hal testing. Apabila masyarakat tidak mau testing, maka tracing tidak akan terjadi," ujar Soeprato.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan