Satgas Pantau Perkembangan Mutasi Virus Corona di Inggris
Satgas Penanganan Covid-19 terus mengikuti perkembangan varian baru virus corona. Virus itu muncul di Inggris pada pekan ini.
Juru bicara penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan varian baru Covid-19 akan dikaji dan dianalisis urutan genetiknya. Hal itu untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil pemerintah berdasarkan bukti ilmiah.
"Pemerintah terus mengikuti perkembangan varian COVID-19 di Inggris," kata Wiku dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (22/12).
Selain itu, menurut Wiku, langkah surveillance akan diperkuat pemerintah dengan memantau perkembangan virus. "Terlepas dari adanya varian COVID-19 di Inggris, pemerintah tetap meminta masyarakat untuk disiplin 3M," kata Wiku.
Adapun gerakan 3M terdiri dari menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjaga jarak. Protokol kesehatan tersebut telah terbukti mencegah penularan virus corona.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana mengadakan pertemuan negara-negara anggota untuk membahas strategi melawan varian baru Covid-19 yang muncul di Inggris. Lembaga tersebut juga menganjurkan agar negara-negara membatasi perjalanan ke Inggris.
"Membatasi perjalanan untuk menahan penyebaran merupakan kebijakan yang bijaksana sampai kami memiliki info yang lebih baik. Rantai pasokan untuk barang-barang penting dan perjalanan esensial harus tetap berjalan," kata Direktur Regional WHO Hans Kluge di Twitter.
Lembaga yang berbasis di Jenewa itu telah memperingatkan kekhawatiran besar atas varian baru virus corona tersebut. Dengan mengatakan itu merupakan bagian normal dari evolusi pandemi dan memuji Inggris karena berhasil mendeteksinya.
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (22/12), WHO mengulangi bahwa belum cukup informasi untuk menentukan apakah varian baru corona tersebut dapat mempengaruhi kemanjuran vaksin. Penelitian mengenai varian baru virus corona Inggris sedang berlangsung.
Menteri Kesehatan Matt Hancock pada Senin (14/12) mengatakan bahwa lebih dari 1.000 kasus dari satu varian virus corona baru teridentifikasi dalam beberapa hari belakangan di negara tersebut. Terutama di wilayah selatan yang kasusnya tengah melonjak.
"Kami telah mengidentifikasi jenis baru virus corona, yang mungkin ada kaitannya dengan penyebaran yang lebih cepat di bagian tenggara Inggris," demikian pernyataan Hancock pada parlemen.
Lebih lanjut dia mengatkaan virus jenis baru tersebut dapat berkembang lebih cepat dibanding jenis virus yang sudah ada. "Pada titik ini saya harus menekankan saat ini tidak ada yang menunjukkan bahwa varian tersebut lebih mungkin menyebabkan penyakit serius, dan saran klinis terbaru ialah sangat tidak mungkin mutasi ini akan menggagalkan respons terhadap vaksin," kata dia.
Negara-negara di seluruh dunia telah menutup perbatasan mereka ke Inggris sejak akhir pekan. Perdana Menteri Boris Johnson juga membatalkan rencana Natal untuk jutaan warga Inggris karena varian baru Covid-19 itu. Meskipun Johnson mengatakan tidak ada bukti bahwa varian baru virus corona itu lebih mematikan.
Kekhawatiran utama justru pada tingkat penularan yang lebih masif dibandingkan virus aslinya. Ia memiliki 23 mutasi dalam kode genetiknya, jumlah perubahan yang relatif tinggi, dan beberapa di antaranya memengaruhi kemampuannya untuk menyebar.
Para ilmuwan mengatakan tidak ada bukti bahwa vaksin Pfizer dan BioNTech yang digunakan di Inggris, atau suntikan vaksin lainnya yang sedang dikembangkan, tidak akan melindungi dari virus yang berada pada garis keturunan B.1.1.7.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan