Gubernur Jatim Khofifah Positif Covid-19 Tanpa Gejala

Agustiyanti
2 Januari 2021, 19:55
gubernur jatim, covid-19, khofifah positif covid-19
AMSI
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa positif terinfeksi Covid-19.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa positif terinfeksi Covid-19 berdasarkan tes usap reguler mingguan yang dilakukannya. Khofifah tak merasakan gejala dan melakukan isolasi secara mandiri.

“Tidak ada gejala yang saya rasakan,” ujar Khofifah melalui akun Instagram miliknya pada Sabtu (2/1).

Ia saat ini menjalani isolasi di kediaman pribadinya di Surabaya, tetapi tetap berada dalam pengawasan dokter. "Mohon doa agar saya bisa sembuh dan aktif seperti sedia kala," katanya.

Khoifah mengingatkan kepada seluruh masyarakat Jawa Timur agar terus selalu mematuhi protokol kesehatan secara ketat dan tidak meremehkan Covid-19. Portokol kesehatan dilakukan dengan menerapkan gerakan 3M yakni menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak secara disipilin.

"Jangan pernah menyepelekan virus ini dan semoga Allah SWT melindungi kita semua dan bangsa Indonesia," kata Khofifah.

Jawa Timur saat ini menempati posisi ketiga dengan jumlah kasus terbanyak mencapai 85.039 kasus atau 11,3% total kasus nasional, sedangkan jumlah kematiannya paling tinggi yakni mencapai 5.900 orang.

 Namun, jumlah kasus aktif di wilayah ini kini berada di posisi keempat setelah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah yakni mencapai 6.201. Sebanyak 72.938 orang Jatim telah sembuh dari Covid-19.

Indonesia saat ini menempati posisi ke-20 dengan jumlah kasus terbanyak di dunia mencapai 758.473 pada Sabtu (2/1), bertambah 7.203 orang dibandingkan kemarin. Angka positivity rate  bahkan mencapai 29,55%, menembus rekor tertinggi selama dua hari pertama tahun ini. 

Hingga kini, total masih terdapat 110.400 kasus aktif. Jumlah pasien sembuh bertambah 7.582 orang, sedangkan korban meninggal dunia bertambah 226 orang menjadi 22.555 orang.

Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman mengingatkan kondisi Indonesia saat ini hingga enam bulan ke depan memasuki masa kritis. Ini lantaran semua indikator, termasuk angka kematian semakin meningkat.

"Respon pemerintah terhadap angka pengetesan yang kurang, langkah isolasi, dan implementasi 5M oleh masyarakat dalam 3 bulan pertama ini akan menentukan arah dan pola pandemi di Indonesia. Pemahaman yang keliru jika masyarakat mengira dengan adanya vaksin, semua akan selesai," ujarnya dalam pesan singkat yang diberikan kepada Katadata.co.id.

 Dicky menjelaskan, vaksin bukanlah solusi ajaib tetapi hanya salah satu cara untuk membangun kekebalan individual dan perlindungan masyarakat. Ia memgingatkan tidak ada vaksin yang sempurna memberi perlindungan.

"Sebagian kecil penerima vaksin masih memungkinkan untuk tertular Covid-19 hanya saja diharapkan dampaknya tidak terlalu parah. Sejauh ini, tidak ada pandemi yang selesai dengan vaksin," ujarnya.

Ia mencontohkan penyakit cacar yang hingga kini masiha da meski sudah ada vaksin, sedangkan polio baru selesai dalam 50 tahun. "Covid-19 pun sama, bukan berarti setelah disuntikan langsung hilang. Akan perlu bertahun-tahun untuk mencapai herd immunity," katanya.

Selain itu, penyuntikkan vaksin terhadap seluruh masyarakat dilakukan secara bertahap. Keberhasilan vaksinasi juga lebih mudah tercapai jika kondisi kurva kasus sudah melandai.

"Fakta yang terjadi di Indonesia kurvanya masih terus naik, dikhawatirkan menjadi tidak efektif atau butuh waktu lebih lama untuk menciptakan herd immunity," ujarnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...