Pakar: 20 Persen Kematian Akibat Corona Tidak Tercatat
Jumlah angka kematian akibat virus Corona terus bertambah. Berdasarkan catatan John Hopkins University, total angka kematian akibat Corona di seluruh dunia sudah tembus 2 juta jiwa.
Namun, sejumlah pakar mengungkapkan, angka sebenarnya bisa lebih besar lagi. Karena, di beberapa negara masih ada warga yang meninggal akibat Covid-19 namun tidak tercatat dengan berbagai penyebab.
Direktur Institute for Health Metrics and Evaluation University of Washington, Chrisopher Murray mengatakan, analisis yang sudah dilakukan menyimpulkan sekitar 20 persen kematian akibat Covid tidak tercatat. Salah satunya karena uji usap Covid-19 masih minim di sejumlah negara.
“Kami menyimpulkan rata-rata 20 persen atau lebih kematian akibat Covid-19 tidak tercatat. Ada kasus yang sangat ekstrem seperti di Ekuador, Peru atau Rusia di mana jumlah kematian 300-500 persen lebih tinggi dari yang dilaporkan. Tapi dari data yang kami miliki, rata-rata angka kematian yang tidak dilaporkan sekitar 20 persen,” kata Murray seperti dilansir dari CNN, Sabtu (16/1).
Pandemi Covid-19 semakin memburuk. Ini bisa dilihat dari angka kematian yang naik lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Untuk mencapai angka kematian 1 juta jiwa perlu waktu 8 bulan. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk bertambah dari 1 juta jiwa menjadi 2 juta jiwa hanya empat bulan.
Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Swedia, Israel, Jepang, Brasil dan Indonesia terus meningkat kasus positif dan kematian dalam beberapa minggu terakhir. Kasus positif Covid-19 di seluruh dunia kini sudah mencapai hamper 100 juta kasus. Angka kematian tertinggi akibat Covid-19 terjadi di Amerika, disusul Brasil, India dan Meksiko.
Hampir 40 persen pasien positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di Brasil meninggal. Tingginya angka kematian menyusul ditemukannya varian virus baru di negara itu yang disebut “super covid.” Ilmuwan menyebut, varian itu ditemukan di kota Amazonas dan diiperkirakan sudah bersirkulasi sejak Juli lalu.
Dilansir dari Dailymail, penelitian yang dilakukan Barcelona Institute for Global Health menyebut, sistem kesehatan di bagian utara Brasil sangat lemah sehingga angka kematian di daerah itu sangat besar. Ini berbeda dengan sisten kesehatan yang ada di bagian selatan Brasil. Akibatnya, angka kematian di daerah utara Brasil lebih banyak dibandingkan daerah Selatan.
Jumlah orang yang terinfeksi virus corona di Indonesia juga semakin bertambah banyak. Bahkan kasus baru Covid-19 terus mencetak rekor tertinggi dalam empat hari berturut-turut. Pada Sabtu (16/1), Kementerian Kesehatan mencatat penambahan kasus Covid-19 mencapai 14.224. Angka tersebut lebih tinggi dari hari sebelumnya sebesar 12.818.
Padahal, jumlah orang yang dites pada 16 Januari 2021 hanya 45.358 dengan spesimen sebanyak 63.300. Angka tersebut lebih rendah dari hari sebelumnya yang mencapai 49.466 orang dan 72.957 spesimen.
Maka tak heran jika positivity rate pada Sabtu (16/1) melesat hingga 31,36%, dibandingkan hari sebelumnya sebesar 25,91%. Tingkat positif ini dihitung berdasarkan jumlah orang yang positif dengan jumlah orang yang dites.
Adapun WHO telah menetapkan standar tingkat positif sebesar 5% yang menunjukkan suatu negara berhasil mengendalikan pandemi. Namun, Indonesia belum mencapai standar WHO tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama masyarakat untuk mematuhi protokol 3M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjaga jarak. Di sisi lain, pemerintah juga perlu meningkatkan 3T, yaitu tes, telusur, dan tindak lanjut untuk menekan penyebaran virus corona.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan