PPKM Jawa-Bali Turunkan Covid-19 di 6 Provinsi, Satu Daerah Masih Naik
Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tingkat kabupaten/kota Pulau Jawa - Bali sudah memasuki tahap ketiga. Kebijakan ini juga diterapkan bersamaan dengan PPKM mikro tingkat RT/RW.
Ada 7 provinsi yang menerapkannya yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengklaim kebijakan ini cukup berhasil menekan kasus Covid-19.
Ada empat indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kebijakan ini, yakni kasus aktif menurun, kesembuhan meningkat meskipun kematian sedikit menurun, serta keterisian tempat tidur pasien pun menurun.
"Perkembangan kasus aktif secara umum masih fluktuasi, di mana rata-rata baru menunjukkan penurunan pada periode PPKM tahap ketiga," kata Wiku saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Selasa (23/2).
Dilihat per provinsi, tren penurunan kasus Covid-19 pada PPKM tahap ketiga atau minggu kelima terlihat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali dan DI Yogyakarta. Khusus Jawa Timur tren penurunan sudah terlihat sejak PPKM tahap 2. Namun di Jawa Tengah trennya terlihat fluktuatif dan cenderung meningkat. Bahkan hal ini terlihat sejak PPKM tahap 1.
"Dampak positif yang sudah mulai terlihat seharusnya menjadi motivasi untuk terus menekan laju penularan, serta meningkatkan pelayanan kesehatan untuk pasien positif, sehingga kasus aktif dapat segera menurun," kata Wiku.
Selain itu, dampak positif juga terlihat pada kenaikan tren kesembuhan. Tingkat kesembuhan pasien Covid-19 tercatat naik di DKI Jakarta, Bali dan Jawa Timur yang trennya meningkat pada saat memasuki PPKM tahap 3. Di Yogyakarta dan Banten, malah terlihat lebih awal yaitu saat memasuki PPKM tahap 2. Namun, di Jawa Tengah cenderung datar bahkan sedikit menunjukkan penurunan pada PPKM tahap 3.
Melihat persentase kesembuhan, ada beberapa provinsi yang meningkat tajam. Di antaranya DKI Jakarta, meningkat tajam dari 89,22% ke 94,36%, Banten dari 52,43% ke 72,97% dan DI Yogyakarta dari 66,31% ke 75,60%.
"Saya berharap, pelaksaanaan PPKM mikro dapat terus meningkatkan persentase kesembuhan, terutama daerah-daerah yang menunjukkan tren yang datar maupun penurunan kesembuhan," kata Wiku.
Bagaimanapun data kematian cenderung bervariasi dan belum menunjukkan perubahan yang signifikan pada beberapa provinsi. Penurunan angka kematian yang konsisten sejak PPKM tahap pertama hanya tampak di DKI Jakarta, yakni dari 1,72% ke 1,58% atau turun sebesar 0,14%.
Sementara itu, provinsi lainnya perkembangannya fluktuatif dan cenderung meningkat. Seperti Jawa Barat, trennya terlihat menurun sebelum PPKM, namun sempat naik pada PPKM tahap 2.
Lalu, Bali trennya meningkat pada PPKM tahap 1, dan cukup tajam dibandingkan sebelum PPKM. Namun Bali berhasil menurunkan persentase kematiannya pada PPKM tahap 2 dan 3.
Pada provinsi lain seperti Banten, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur menunjukkan peningkatan persentase kematian. Bahkan DI Yogyakarta menunjukkan kenaikan sebesar 0,22% dibandingkan sebelum PPKM berlangsung.
Wiku menyimpulkan, perkembangan positif pada kasus aktif dan kesembuhan, tidak serta merta dapat berdampak positif pada perkembangan kematian. "Untuk itu angka kematian harus betul-betul kita tekan secara maksimal, karena satu kematian saja terbilang nyawa. Kita tidak dapat mentoleransi kenaikan kematian," ujarnya.
Selanjutnya, pada keterisian ruang tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR), keterisiannya menurun jika dibandingkan sebelum PPKM. Penurunan paling signifikan di Jawa Tengah. Per 19 Februari 2021, angkanya menurun dari 74,9% ke 35,76%. DI Yogyakarta dari 84,47% ke 52,21%.
Meski demikian, Wiku meminta penurunan BOR ini harus diperhatikan lebih lanjut. Apakah penurunan tersebut karena pasien positif bergejala sedang hingga berat semakin berkurang, atau pasien yang membutuhkan pelayanan belum mendapat perawatan di rumah sakit.
Pemerintah daerah diminta harus benar-benar memastikan setiap orang yang terkonfirmasi positif dapat segera ditangani. "Dengan begitu, pasien yang tidak bergejala atau bergejala ringan, dpaat melakukan isolasi mandiri dengan dipantau, dan pasien bergejala sedang dan berat dapat segera ditangani secepat mungkin," ujarnya.
Data terakhir, kasus positif Covid-19 per 23 Februari 2021 bertambah 9.775 kasus dengan jumlah kasus aktif 158.604 kasus atau persentasenya 12,2%. Angka itu lebih rendah dari rata-rata kasus aktif dunia pada angka 19,67%.
Simak Databoks berikut:
Jumlah kesembuhan di Indonesia sebanyak 1.104.990 kasus atau 85,1%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata dunia 78,21%. Pada kasus meninggal sebanyak 35.014 kasus atau 2,7%, lebih rendah dibandingkan rata-rata dunia 2,2%.
Meski penularan cenderung menurun dan vaksinasi sudah berjalan, masyarakat diminta tetap disiplin menjalankan protokol Kesehatan. Kunci utama memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19 adalah Gerakan 3M, memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut kepatuhan terhadap protokol kesehatan secara dapat lebih efektif mencegah penularan jika dilakukan secara kolektif.
Wiku menunjukkan bahwa beberapa jurnal internasional menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko penularan sebesar 35%. Sedangkan memakai masker kain dapat menurunkan risiko penularan sebesar 45%, dan masker bedah dapat menurunkan risiko penularan hingga 70%. Yang paling utama, menjaga jarak minimal 1 meter dapat menurunkan risiko penularan sampai dengan 85%.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan