Kasus Baru Covid-19 Capai 6.412, Positive Rate Naik Menjadi 14,23%

Image title
12 Maret 2021, 20:00
covid-19, virus corona, pandemi corona, pandemi, jakarta, gerakan 3M, satgas covid-19
ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa.
Petugas medis mendata warga yang melakukan tes usap PCR di RSUI, Depok, Jawa Barat, Senin (11/1/2021). Jumlah tes yang berkurang menyebabkan tingkat tes positif pada Jumat (12/3) sebesar 14,23%

Kementerian Kesehatan mengumumkan penambahan kasus Covid-19 pada Jumat (12/3) sebesar 6.412. Angka tersebut didapat dari jumlah tes yang mencapai 45.068.

Dengan jumlah tersebut, tingkat tes positif mencapai 14,23%. Angkanya meningkat dari Rabu (10/3) sebesar 9,14%. Saat itu jumlah orang yang dites mencapai 61.625 orang.

Adapun WHO menetapkan tingkat tes positif di bawah 5%. Hal itu sebagai indikator suatu negara dapat mengendalikan pandemi.

Dengan tingkat tes positif yang meningkat, Indonesia dikategorikan sebagai negara yang belum dapat mengendalikan pandemi. Untuk bisa mencapai hal tersebut, pemerintah harus meningkatkan 3T, yaitu tracing, testing, dan treatment.

Sedangkan masyarakat harus mematuhi protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan.

Angka Kematian Masih Tinggi

Adapun penambahan kasus hari ini mayoritas berasal dari Jakarta dan Jawa Barat dengan masing-masing mencapai 1.873 dan 1.357. Disusul oleh Jawa Tengah 497 orang dan Banten 484 orang.

Secara total, jumlah orang terinfeksi virus corona di Indonesia mencapai 1.410.134 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 140.451 orang masih dalam perawatan.

Sedangkan sebanyak 1.231.454 sudah dinyatakan sembuh. Itu berarti ada tambahan 6.851 orang yang sembuh dari Covid-19 pada hari ini dibandingkan sehari sebelumnya.

Untuk angka kematian bertambah 180 orang. Sehingga totalnya mencapai 38.229 jiwa yang meninggal akibat penyakit tersebut.

Masih tingginya angka kematian pun menjadi perhatian pemerintah. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan angka kematian yang meningkat biasanya berhubungan dengan libur panjang.

Wiku mengatakan sejak awal pandemi pada Maret 2020 hingga Juni 2020 angka kematian cenderung meningkat. Kemudian turun pada Juli-Agustus tahun lalu.

Namun, angka kematian melonjak drastis hingga 46% atau 1.048 dalam sebulan pada September 2020. Itu lantaran terjadi libur panjang pada bulan sebelumnya.

Pola serupa juga terjadi pada Desember 2020-Januari 2021 di mana angka kematian naik lebih dari 100% dari Oktober 2020 atau mencapai 4.252 kematian. Itu lantaran libur Natal dan Tahun Baru.

Wiku pun menyebut pada bulan-bulan tanpa libur panjang, jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19 berkisar anntara 50 hingga 100 per hari. Namun, angka kematian melonjak menjadi 1.000 - 2.000 orang pada bulan dengan libur panjang.

Dia pun menyebut keputusan kolektif untuk bepergian saat libur panjang di masa pandemi berdampak pada kenaikkan jumlah orang meninggal. "Dalam satu bulan kehilangan lebih dari 1.000 nyawa karena memiliki melakukan perjalanan dan berlibur," kata Wiku dalam konferensi pers pada Jumat (12/3).

Dengan data tersebut, dia pun meminta masyarakat untuk belajar agar membuat keputusan yang bijak dalam bepergian selama pandemi. Pasalnya, keputusan yang salah dapat membahayakan nyawa sendiri dan orang lain. Di sisi lainn, dia berterima kasih pada masyarakat yang memilih berlibur di rumah selama pandemi.

 

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...