Kekerasan Usai Kudeta, Kemenlu Minta WNI di Myanmar Pulang
Kudeta yang berujung kekerasan di Myanmar membuat Kementerian Luar Negeri meminta warga negara Indonesia (WNI) segera pulang. Bahkan, sepanjang Maret, sudah ada 96 WNI yang melapor ke Kedutaan Besar RI di Yangon untuk kembali ke Tanah Air.
Jumlah tersebut tidak termasuk 50 WNI yang sebelum bulan ini telah pulang menggunakan penerbangan yang diperbantukan. Adapun hingga saat ini masih ada 362 warga Indonesia yang bertahan di Myahnmar.
“Bagi WNI yang tidak memiliki kepentingan mendesak, kami minta untuk mempertimbangkan pulang ke Indonesia,” ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemenlu Judha Nugraha dikutip dari Antara, Kamis (25/3).
Sebanyak 20 WNI telah berada di Sekolah Indonesia Yangon sebagai lokasi perlindungan yang aman lantaran berada di wilayah diplomatik. Jika WNI ingin pulang, saat ini ada dua maskapai yakni Singapore Airlines dan Myanmar Airlines untuk membantu warga asing keluar.
Sedangkan aktivis anti kudeta hari ini merencanakan protes usai pemogokan nasional Rabu (24/3). Pemogokan tersebut disasar untuk melumpuhkan ekonomi dan membuat pusat komersial di Yangon dan Monywa menjadi sepi.
Namun, aktivis kembali menyerukan adanya demonstrasi besar hari ini. “Badai terkuat datang setelah keheningan,” kata pemimpin protes Ei Thinzar Maung, dikutip dari Reuters, Kamis (25/3).
Demonstran telah memulai aksi sejak semalam dengan menyalakan lilin. Sedangkan pagi ini, beberapa pengunjuk rasa telah mulai berkumpul dengan plakat bertuliskan: “Kami tidak menerima kudeta militer,”.
Sedangkan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyatakan paling tidak 286 orang telah meninggal dunia dalam kekerasan yang terjadi usai kudeta dilakukan militer. Bahkan kekerasan ini mengakibatkan seorang anak berusia tujuh tahun meninggal dunia.
Seorang saksi mata mengatakan anak tersebut ditembak di dalam rumah ketika personel keamanan melepaskan tembakan di pinggiran Kota Mandalay, Myanmar bagian utara.
Sedangkan badan perlindungan anak PBB yakni UNICEF menyatakan kekerasan di Myanmar telah mengakibatkan 23 anak-anak meninggal dunia dan 11 lainnya mengalami cedera serius.