Bencana Besar Siklon Seroja, Pemerintah Diminta Jaga Kesiapan Warga
Dampak siklon tropis Seroja yang memakan korban di Nusa Tenggara Timur (NTT) menyisakan satu pelajaran yakni perlunya penerapan siklus pengelolaan bencana yang baik. Pemerintah diharapkan membangun kesiagaan masyarakat dengan sosialisasi.
Apalagi saat ini otoritas telah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan bencana, namun masyarakat seperti tak pernah mendapatkan sosialisasi. "Sehingga masyarakat tidak siap," kata Peneliti Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Emilya Nurjani kepada Katadata.co.id, Rabu (6/4).
Dari data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana, badai besar ini mengakibatkan 124 orang meninggal dunia dan 74 hilang. Selain itu 129 orang luka-luka serta 13.230 orang terpaksa mengungsi.
Emilya mengatakan posisi siklon saat ini sekitar 555 km dari pulau terluar Indonesia. Dengan demikian, fenomena ini berpeluang menimbulkan intensitas hujan tinggi dan angin kencang.
Adapun, wilayah-wilayah terdekat dari lokasi siklon seperti NTB, Bali, dan Jawa Timur diperkirakan masih merasakan sedikit dampak dari ekor siklon. "Tetapi tidak seperti pada saat hari Senin tanggal 5 April," ujar dia.
Selain siklon, Indonesia saat ini memasuki musim transisi atau pancaroba yang ditandai dengan kecepatan angin yang kencang. Ia mengatakan, masih ada periode Madden Julian Oscillation yang berdampak pada hujan di wilayah yang dilewati.
Selain itu, La-Nina masih berlangsung walaupun menuju netral. Oleh karena itu, fenomena bencana yang melanda Indonesia tidak hanya disebabkan dari satu peristiwa cuaca. "Mungkin di NTT faktor terbesarnya adalah siklon seroja, tetapi di tempat atau wilayah lain bisa ditimbulkan oleh fenomena cuaca yang berbeda," ujar dia.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Siklon Tropis Seroja akan mengalami peningkatan intensitas dalam 24 jam ke depan. Dampak dari siklon tersebut diperkirakan bakal memicu gelombang di Perairan barat Lampung hingga Nusa Tenggara Barat (NTB).
BMKG memperkirakan dampak dari siklon tersebut akan memicu gelombang setinggi 2.5-4.0 meter di Perairan barat Lampung Samudera Hindia Barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Pulau Jawa hingga NTB. Selain itu gelombang tinggi juga akan terbentuk di Samudera Hindia perairan selatan Pulau Sumba hingga Pulau Rote.
"Selanjutnya, gelombang setinggi 4.0-6.0 meter berpeluang terjadi di Perairan selatan NTB hingga selatan Pulau Sumba," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati seperti dikutip dari keterangan pers, Rabu (7/4).
Berdasarkan analisis pada Rabu (7/4) pukul 01.00 WIB, posisi Siklon Tropis Seroja berada di wilayah Samudera Hindia sebelah selatan NTB, 12.3 LS, 118.8 BT. Kemudian arah gerak siklon terpantau menjauhi Indonesia menuju ke barat daya dengan kecepatan 6 knots atau 10 kilometer per jam.
Meski menjauhi Tanah Air, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan NTB. Hujan intensitas sedang kemungkinan juga akan terjadi di NTT.
BMKG juga mengimbau pemangku kebijakan di daerah untuk meningkatkan kapasitas dan mengambil tindakan yang dianggap perlu. Hal ini guna memitigasi dan mengurangi risiko bencana ke depan.
Selain itu, masyarakat juga diminta waspada serta mengantisipasi potensi bencana yang dapat dipicu oleh faktor cuaca tersebut. Warga diharapkan selalu memantau perkembangan data dan informasi prakiraan cuaca dari BMKG dan mengikuti segala arahan dari pihak berwajib.